Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Dewi Syafrianis, Sosok Inspiratif di Balik Produk "DenDang" yang Dimasak Secara Tradisional

Diperbarui: 25 Agustus 2020   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook Sambal DenDang


Ini produk rumahan kawan saya. Namanya Dewi Syafrianis. Kebetulan ia tinggal di kompleks yang sama dengan saya. Hanya beda sektor saja. Kawan saya ini sering berkunjung ke rumah saya. 

Saya sering menyebutnya dengan "tetangga jauh". Ya, karena sektor rumah saya dengan rumahnya ya cukup jauh. Mungkin ada 1 kilo meter. Kalau saya ingin berolahraga, tinggal berjalan kaki saja ke rumahnya. Kebetulan rumahnya dekat dengan Kelurahan Pondok Jaya, kelurahan tempat kami tinggal.

Saya sudah mengenalnya selama 10 tahun terakhir ini. Atau mungkin lebih ya? Nah, kawan saya ini wartawan yang sudah digelutinya selama hampir 20 tahun ini.

Dia wartawan yang mengupas sisi hiburan dan gaya hidup, yang selalu berelasi dengan para artis, selebritas, dan pejabat di Indonesia. Artis muda atau artis lawas, pendatang baru atau yang sudah lama, selalu menjadi bahan tulisannya.

Darinya, saya selalu mendapatkan informasi terkini seputar artis dan yang terkait dengan sang artis seperti lagu, film, bisnis, dan lainnya. Meski saya tidak terlalu suka dengan informasi terkait artis, tetap saya mendengarkan penuturannya.

Yang unik, kawan saya ini punya jiwa bisnis. Ia menekuni olahan rendang, dendeng, dan sambal hasil racikannya sendiri. Semua produknya diberi label "DenDang" -- Rendang DenDang, Dendeng Balado DenDang, Sambal DenDang. DenDang sendiri singkatan dari "Dendeng dan Rendang". 

Ya, makanan ini memang identik dengan masakan Padang. Kebetulan kawan saya yang seorang ibu tiga anak ini berasal dari Padang yang memang terkenal dengan rendangnya.

Jiwa bisnis kawan saya ini bisa jadi mengalir dari ibunya yang dulu sempat punya warung nasi padang di proyek Senen. Melihat keseharian sang ibu, jiwa wirausahanya kian terasah. Bisa jadi setajam silet, meski tak setajam samurai.

Mengapa kawan saya ini lebih fokus ke rendang dendeng, dan sambal? Karena makanan ini yang lebih sering dicari. Memperhatikan orang-orang yang makan di warung ibunya, rendang, dendang, dan sambal ternyata laris manis. Ya, siapa pun pasti menyukai rendang.

Dari jaman kawan saya kuliah, katanya, rendang yang paling sering diburu. Tidak saja oleh dirinya tetapi juga teman-temannya yang lain. Tidak beda jauh juga ketika saya kuliah. Saya dan kawan saya ini kalau dari segi usia, saya lebih tua 2 tahun darinya.

Facebook Sambal DenDang

Kawan saya ini pun berpikiran jika dia tidak bekerja lagi atau pensiun, ia ingin bisnis kulineran tapi yang tidak bikin repot dan menyita waktu. Ingin juga sih membuka warung Padang seperti ibunya, tapi karena sudah tahu capeknya kelola warung nasi, ia pun mengurungkan niatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline