Lihat ke Halaman Asli

Nchie Hanie

Freelancer

Perjuangan Lancarkan ASI Saat Mastitis

Diperbarui: 20 April 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: www.asimor.coid

Satu bulan ini, saat menjalani masa-masa work from home (WFH), mengingatkan aku akan dulu semasa tinggal di rumah aja selepas melahirkan. Meninggalkan pekerjaan, hanya untuk menjadi seorang Ibu rumah tangga sejati adalah cita-citaku saat itu.

Karena tak ada pekerjaan yang lebih mulia, selain menjadi Ibu atau Mamsi. Memberikan ASI Eksklusif bagiku sangat mudah, didukung oleh keluarga yang begitu memperhatikan kelahiranku, maklum anak pertama dan cucu pertama bagi keluarga sangatlah membahagiakan.

Selama menyusui pada zamanku, tidak ada keluhan sama sekali. ASI yang berlimpah bahkan berlebih membuatku bahagia karena bisa memberikan si baby akan haknya, yang sangat dibutuhkan oleh tubuhnya.

Aku ingat beberapa pesan orang tua, kalau mau ASI-nya banyak harus makan daun katuk, makan ini minum itu dan lain-lainnya yang akhirnya kuturuti. Berbekal keyakinan diri, aku harus mampu memberikan ASI eksklusif, itulah tekadku.

Berebeda tahun, berbeda pula kondisinya. Kini, aku harus menularkan cara-caraku dahulu kepada adikku yang kebetulan sedang masa menyusui. Tapi dalam kondisi stay at home seperti sekarang justru tantangannya semakin besar.

Kalau dahulu kita bisa dengan leluasa berpergian mencari bahan-bahan yang bisa bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI ke mana saja dan kapan saja. Tapi sekarang, untuk mendapatkan bahan alami seperti sayur-sayuran yang bermanfaat untuk ASI selain mulai susah karena keterbatasan akses juga harganya menjadi lebih mahal

Karena kurang lancarnya ASI dan tidak mendapatkan ASI booster yang baik, adikku pun mengalami masalah besar. Dia menderita mastitis! Kondisi yang sangat ditakuti oleh para ibu pada masa menyusui, di mana payudara mengalami peradangan dan jika digunakan untuk menyusui rasanya sakit sekali.

Menghadapi ini, sejumlah keribetan pun terasa. Aku sebagai kakaknya turun tangan untuk mengatasi sejumlah hal. Pertama karena ibunya atau adikku harus diopname di rumah sakit, maka baby Jasmine pun harus ada yang merawatnya. 

Yang kedua, ibu harus mendapatkan perhatian yang ekstra dalam kondisi seperti itu agar dia dapat kembali menyusui tanpa rasa trauma.

Supaya ibu memiliki keyakinan untuk dapat menyusui kembali, maka saya banyak membantu merawat baby dan setiap hari membawa bayi bertemu ibunya. Tidak hanya itu, aku juga menjaga komunikasi yang positif dengan ibu agar dia tidak merasa down dengan kondisi yang dialami.

Saat ngobrol dengan adikku, dia mengungkapkan kekhawatiran akan kondisinya yang membuat dia tidak bisa menyusui lagi karena payudaranya masih terasa sakit. Aku pun menenangkan dirinya dengan memberikan waktu untuk pulih terlebih dahulu dan kemudian kita bercerita-cerita lucu supaya dia bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline