Lihat ke Halaman Asli

nasti lamag

Ibu Rumah Tangga

Mengenal Papua Nugini dari Seni Merajut "Bilum"

Diperbarui: 15 Mei 2020   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bilum | Dok. pribadi

Bilum adalah tas tradisional buatan tangan yang mayoritas di pakai oleh warga Papua Nugini. Cara memakainya adalah di kalungkan, tas ini merupakan tas multifungsi mulai dari sebagai pelengkap fashion bagi wanita hingga berfungsi untuk menggendong bayi dan hasil bumi dengan cara dikalungkan di kepala. 

Kekuatan tas ini tidak perlu diragukan lagi. Bilum akan dikalungkan di leher Anda sebagai ucapan selamat datang diberbagai acara atau jika anda sudah dianggap seperti saudaranya sendiri sebelum berpisah jauh. Bilum akan menjadi pemberian yang berarti bahwa mereka sangat menyayangi kita. 

Suasana Pasar Tradisional yang Mayoritas di jajakan oleh kaum wanita. | Dokpri

Bilum dibuat dengan teknik khusus yaitu memilin (twisting) benang atau serat terlebih dahulu sebelum dirajut menggunakan jarum, pola merajutnya pun ada pakemnya sendiri.

Pernah teman yang bisa merajut saya minta untuk membuat Bilum, jawabannya adalah banyak yang harus di pelajari karena cara merajutnya tidak sama seperti merajut biasa. Ok, kesimpulannya untuk merajut Bilum membutuhkan keahlian yang biasanya memang diajarkan turun temurun.

Bilum pun kini bisa dibuat anting anting | Dokpri

Bahan warna dan Pola mencirikan di mana tas tersebut di buat di wilayah Sepik Bilum di buat dari serat tumbuhan semacam lidah mertua menggunakan pewarna alami sehingga warna dari tas tersebut sedikit pucat.

Sepik diperkiraan menjadi tempat asal pertama kali Bilum dibuat dilihat dari bahan yang di pergunakan (umumnya budaya asli di wilayah pasifik tidak mengenal benang dari kapas/wol), cara pewarnaan organik dan dahulu kala sebelum adanya jarum besi, tulang binatang atau duri ikan di fungsikan menjadi jarum.

Bilum dari Sepik banyak di cari oleh para turis karena orisinalitasnya, harga nya pun lebih mahal 3 kali lipat dari yang terbuat dari bahan wol bahkan bisa berharga ratusan dollar jika di jual di situs online di Australia.

Di wilayah selain Sepik bilum di buat dari benang wol, Provinsi Highlands mempunyai ciri khas bilum dengan benang wol dengan warna warna yang cerah ,dan hampir setiap provinsi mempunyai pola yang berbeda

Bilum dari wilayah Sepik terkenal dengan warna polos dan dari serat tumbuhan. | Dokpri

Merajut Bilum bagi sebagian wanita merupakan usaha sampingan yang menguntungkan. Untuk menyelesaikan 1 tas di butuhkan sekitar 3 hari hingga 1 minggu tergantung besar kecil dan tingkat kesulitannya. 

Ada yang memasarkannya sendiri ada juga yang di jual ke pengepul. Pemerintah PNG menyadari betul usaha rumahan ini banyak menjadi tumpuan wanita PNG untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga pemerintah perlu membuat peraturan untuk melarang impor Bilum palsu berharga murah yang sempat masuk dan di jual di wilayah PNG .

Bilum Sepik dengan desain Modern | Dokpri

Di pasar tradisional Boroko hari ini saya bertemu mama Doria yang merajut sendiri Bilum yang dijajakan di lapak sederhana beralaskan tikar pandan ,ia menceritakan bahwa dengan usahanya selama puluhan tahun inilah 4 anaknya bisa mengenyam bangku sekolah.

Putranya yang berumur 6 tahun ikut membantu untuk membereskan barang dagangan karena pasar akan segera ditutup sang suami yang berprofesi supir taksi ikut membantu membawa barang dan sempat bercerita bahwa tingginya biaya hidup di kota memaksa ia dan keluarganya harus banyak berusaha untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak anaknya dan ketrampilan istrinya merajut Bilum telah ikut menyelamatkan ekonomi keluarganya.

Bersama mama Doria | Dokpri

Filosopi Bilum mirip dengan kain Tenun NTT di kampung saya yang dahulu biasanya ditenun hanya untuk jadikan seserahan nikah, acara adat, diberikan sebagai tanda kasih, tetapi kini di saat banyaknya tuntutan ekonomi menenun bisa di jadikan usaha sampingan.

Terbayang mama mama dengan sirih pinang di mulut asyik dengan alat tenunnya di Flores dan Timor begitu juga mama mama di PNG dengan mulut yang juga merah akibat mengunyah pinang (Buai) di sela kesibukannya mengurus rumah tangga masih sempat memilin dan merajut benang demi benang untuk mengasilkan sebuah Bilum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline