Baru-baru ini gue sadar sesuatu yang fundamental: angka 37 itu aneh. Dia nggak seksi kayak 30 yang penuh optimisme "ini dekade gue!". Nggak juga bijaksana kayak 40 yang udah pasrah sambil nyicil kavling di dekat pemakaman. Usia 37 itu kayak episode filler di serial anime. Ceritanya jalan, tapi nggak ada perkembangan karakter yang signifikan. Cuma tiba-tiba, punggung lo sakit pas kebanyakan duduk, dan lo mulai googling "manfaat jintan hitam".
Di momen-momen kontemplatif sambil nungguin air galon keisi penuh inilah, gue merangkum 37 pelajaran hidup yang gue dapatkan. Bukan pelajaran dari buku motivasi Mario Teguh, tapi pelajaran yang didapat dari kerasnya kenyataan, seperti saat lo sadar promo cashback ada batas maksimalnya.
Tentang Duit & Kerjaan (Alias Seni Bertahan Hidup)
"Passion" adalah kemewahan. "Cicilan" adalah kenyataan.
Dulu kita semua idealis, mau jadi seniman atau travel blogger. Tapi di usia 37, ada entitas gaib bernama "tagihan KPR" yang datang menagih tiap bulan. Passion itu enak dibicarakan di kafe, tapi cicilan adalah bos kita yang sebenarnya. Dia nggak peduli kita lagi ada writer's block atau nggak.
Rapat yang bisa diselesaikan lewat email adalah bentuk terorisme korporat.
Waktu di usia 37 adalah aset paling berharga. Rapat dua jam untuk membahas sesuatu yang bisa diringkas dalam tiga poin di email adalah pencurian waktu yang dilegalkan. Disebut terorisme karena sama-sama menyandera kita di sebuah ruangan dan menimbulkan trauma.
Kerja keras memang tidak mengkhianati hasil, tapi sering kali mengkhianati punggung dan jam tidur.
Dulu kita percaya kalau kerja keras pasti hasilnya bagus. Sekarang kita tahu, hasilnya mungkin bagus buat perusahaan, tapi buat badan kita? Punggung rasanya kayak abis dipake jadi jembatan darurat, dan lingkaran di bawah mata udah kayak target panahan.
Investasi terbaik di usia 30-an ternyata bukan saham atau reksa dana, tapi kursi kerja yang ergonomis.