Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Mengerti Kerja Keras Karyawan Penerbitan Lewat Film Pretty Proofreader

Diperbarui: 5 April 2023   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: NTV.com

Kouno Etsuko (Satomi Ishihara) adalah wanita cantik dan muda berusia 28 tahun. Dia suka dengan fashion dan sejak lama bercita-cita menjadi editor mode. Sekarang Kouno Etsuko bekerja di perusahaan penerbitan namun la bekerja di bagian departemen proofreading/penyuntingan salinan.

Di sana, tugas yang la lakukan adalah memperbaiki setiap kesalahan maupun bagian dokumen dan salinan yang kurang memadai. Dia melakukan setiap pekerjaannya sangat baik dan sempurna dengan harapan dipindahkan ke departemen editorial majalah mode.

Tetapi dalam prosesnya, Dia justru mulai jatuh cinta dengan pekerjaannya yang sekarang. Kini la juga terlibat dengan pria yang usianya jauh lebih muda darinya dan Dia bernama Yukito Orihara (Masaki Suda).

Yukito Orihara adalah seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang bekerja sebagai penulis dengan menggunakan nama samaran. Dia menyembunyikan identitas aslinya hingga dikenal sebagai penulis bertopeng. Ternyata Yukito Orihara adalah putra dari seorang penulis besar dan terkenal.

Mengoreksi Tulisan Demi Kenyamanan Berliterasi

Sebagai pembaca, saya sangat berterima kasih kepada korektor dan editor karena telah membuat tulisan menjadi nyaman untuk dibaca. Membuat tulisan yang nyaman untuk dibaca ternyata sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Seandainya dalam sebuah tulisan terdapat banyak salah ketik atau kurang logis maka bisa mengganggu sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi kabur.

Pekerjaan di belakang layar itu memang terkesan "kurang dilirik" sebagaimana ditampilkan dalam film. Namun, keseriusan suatu bangsa sebagaimana Jepang dalam hal literasi dapat tergambar dalam alur di setiap episode.

Andaikan tidak ada mereka yang bekerja di belakang layar, kita tidak tahu bagaimana jadinya apa yang akan terjadi di depan layar. Peran-peran yang terkesan kecil ternyata sangat besar dalam membentuk karakter suatu bangsa. Sebagaimana yang diketahui, Jepang merupakan negara dengan minat baca yang tinggi. Saya pikir, semua tidak terjadi dalam waktu singkat. Ada upaya keras dari orang-orang yang tidak tercatat dalam sejarah. Padahal, mereka mencetak sejarah.

Kita tidak bisa begitu saja mengharapkan dunia literasi menjadi komersil. Sekaligus, kita pun tidak bisa memaksakan idealisme yang dimiliki pegiat literasi kepada masyarakat umum. 

Kenyamanan, menjadi faktor kunci dalam berliterasi. Mungkin diawali dengan bacaan yang menghibur sehingga dilanjutkan dengan  bahan bacaan yang "agak berisi".

(Sumber: tentangsinopsis.com)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline