Lihat ke Halaman Asli

M. Saiful Kalam

Sarjana Ekonomi

Guru Bukanlah Pejabat Publik

Diperbarui: 8 Agustus 2022   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru adalah orang tua kedua, karena selain melaksanakan tugas berupa mengajar, guru juga mendidik. Mendidik itu lebih bersifat kepada behaviour, berbeda dengan mengajar yang lebih bersifat kepada knowledge.

Google punya knowledge lebih tinggi dibandingkan guru, akan tetapi Google tidak pernah mengajarkan yang namanya behaviour. Juga, Google tidak bisa mendoakan orang supaya bisa sukses. Hanya guru, yang bisa melakukan peran mendidik sekaligus mendoakan.

Begitu besar peran guru sehingga guru itu salah satu kunci kesuksesan seorang murid. Jika murid menyakiti hati 1 guru saja, akan ada masalah saja yang menimpanya ketika ia merintis karir atau hidupnya.

Guru sama sekali tidak menuntut diberi hadiah, sebab memang ia tidak memerlukan hadiah. Guru bukanlah pejabat publik, yang mana bila pejabat menerima hadiah bukan dari jalurnya, maka dianggap korupsi, gratifikasi, dan istilah lainnya. 

Ketika seorang guru menerima hadiah tanpa meminta, berarti ia menerima niat baik dari anak didiknya dan pasti hubungan silaturahmi akan melekat sampai seterusnya. Akan tetapi berbeda jiak guru yang meminta, maka disitulah harga dirinya turun/bahkan tidak ada.

Guru yang menolak hadiah bisa dipersepsikan sebagai orang yang sombong, sebab ia menolak niat baik anak didiknya. Berbeda dengan pejabat publik, yang mana ia dengan tegas harus menolak hadiah jika bukan dari jalurnya.

Guru dan pejabat publik memang sama-sama abdi negara, akan tetapi budaya mereka berbeda. Salah satu cara supaya menjadi orang baik adalah mengikuti dan menghormati budaya yang diterapkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline