Lihat ke Halaman Asli

Menyambut Pendidikan Era Digital Society 5.0

Diperbarui: 14 Juni 2022   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah kita merasakan perubahan yang terjadi pada dunia kita?, ya kita sekarang memang sedang mengalami berbagai perubahan yang sangat signifikan dalam bidang teknologi. Sebagai generasi yang lahir tahun 2000-an kita merasakan awal hadirnya teknologi. Dari adanya handphone seluler sampai dengan handphone android seperti sekarang ini. Sekarang ini kita akan menyambut yang namanya era digital society 5.0 yang mana gagasan ini muncul dari Jepang pada tahun 2019 lalu.

Socieaty 5.0 ialah gagasan yang dipelopori oleh Jepang untuk mewujudkan adanya masyarakat super cerdas (MSC). Dengan memanfaatkan Internet Of Things (IoT), Big Data, Komputasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi robotika. Jadi socieaty 5.0 ini adalah sebuah gagasan untuk mensejahterakan dan melindungi manusia menggunakan kecerdasan teknologi baik berupa robot maupun sebuah layanan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Loh kok langsung era digital society 5.0?, jadi teknologi itu ibarat manusia yang mana pasti akan mengalami pertumbuhan dan akan semakin maju untuk kedepannya. Pada revolusi 1.0 kita masih menggunakan dengan teknologi yang berasal dari uap, seperti dalam transportasi, produksi, dll. Setelah itu kita masuk pada era revolusi 2.0 yang mana disini kita sudah mengenal listrik untuk menjadi sumber tenaga bagi teknologi.

Dalam revolusi 3.0 kita mengenal dengan adanya komputer untuk membantu pekerjaan kita di segala lini. Setelah itu kita masuk pada era 4.0 yang mana disini kita sudah mengenal dengan adanya internet dan juga mesin-mesin sudah ada yang bisa untuk merakit sebuah produk dan sebagainya.

Meskipun kita masih berada dalam era 4.0 namun tak sedikit yang tidak memahami era revolusi ini, apalagi kita sebagai negara berkembang masih sangat sulit untuk menselaraskan ini kepada seluruh negeri kita. Mungkin kesulitan itu dikarenakan kita memang memiliki banyak pulau dan juga masih ada wilayah-wilayah yang masih terisolasi dari kemajuan teknologi ini.

Dan juga mungkin ketidak selarasan ini ditimbulkan oleh beberapa oknum yang bertanggung jawab atas keselarasan teknologi namun tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dan karena dia terlalu baik dan sopan sehingga ia memotong uang anggaran keselarasan ini untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Yah, seperti budaya yang dilakukan para petinggi dalam negara wakanda itu.

Yuk balik lagi bahas sociaty 5.0, jangan bahas yang aneh-aneh karena sekarang di negara wakanda itu sudah banyak propaganda karena menjelang sebuah pemilihan hokage (pemimpin sebuah negara dalam serial anime Naruto). Banyak klan yang mulai mengeluarkan jutsu-jutsu andalannya, makin berulah saja ini kepala untuk memikirkan yang bukan tema.

Dalam revolusi teknologi soviaty 5.0 ini akan sangat mempengaruhi segala aspek yang ada di masyarakat. Dalam pendidikan yang mana karena dari kemaren-kemaren ini kita ada pada masa pandemi sehingga pendidikan dilakukan secara daring. Menggunakan teknologi dan mengharuskan agar para guru berkreatifitas supaya meskipun dilakukan secara daring namun hasil pembelajaran bisa maksimal juga. Oleh karena itu dalam pendidikan sudah mulai ada peningkatan untuk penggunaan teknologi.

Banyak program yang dilakukan dalam pendidikan untuk menyiapkan diri pada era sociaty 5.0. contohnya upaya digitalisasi madrasah yang mana semua berkas dan pengajuan dilakukan secara online. Dan juga untuk kedepannya pasti akan lebih canggih lagi untuk apa yang akan diterapkan dalam pendidikan.

Bisa jadi suatu saat nanti dalam sociaty 5.0 akan ada kecerdasan buatan yang bisa mengajarkan kepada anak didik mengenai materi yang akan di pelajari. Dan tingkat kesetaraan materi jika menggunakan kecerdasan buatan akan sangat mudah. Karena bisa diprogram dan mempunyai kapasistas yang sama.

Namun dalam memberi kehangatan dan kasih sayang akan sangat kurang jika hanya mengandalkan kecerdasan buatan. Proses pembelajaran itu bukan hanya kegiatan untuk mempelajari materi. Namun juga untuk membentuk sebuah kehangatan antar guru dan peserta didik. Jadi ada hal-hal yang mana manusia tidak bisa digantikan oleh sebuah kecerdasan buatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline