Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan HMI Cabang Ciputat?

Diperbarui: 8 Mei 2025   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (Sumber: Wikipedia )

ada Apa dengan HmI Cabang Ciputat?

Pertanyaan itu masih menggantung di benak banyak kader: ada apa dengan Ciputat? Apakah kita masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang penuh romansa kejayaan? Masa lalu memang penting, sebagai pijakan dan sumber inspirasi. Namun, jika terlalu sering diagung-agungkan, justru menjadikan generasi hari ini terlena, sibuk memuja tanpa berbuat nyata.

Buku Setengah Abad HMI Cabang Ciputat yang merekam jejak intelektual para alumni seharusnya menjadi pemantik kesadaran, bukan selimut yang membuat kader baru betah tidur dalam kenyamanan sejarah. Ia harus menjadi bahan bakar untuk membakar semangat baru, bukan sekadar cerita usang yang dikagumi tanpa ditiru.

Teringat kalimat reflektif Abdullah Hehamahua yang menutup satu tulisan pentingnya dengan tajam:
"Yang jadi soal hari ini bukan lagi siapa pendahulumu, tapi apakah kau layak disebut sebagai penerusnya?"

Kalimat itu seharusnya menjadi cambuk bagi kader HMI hari ini untuk berbenah, merenung, dan bergerak. Namun realitasnya, semangat itu makin memudar. HMI hari ini seperti kehilangan arah kaderisasi. Identitas intelektual yang dahulu menjadi ciri khas Ciputat perlahan terkikis oleh pragmatisme dan keengganan berpikir kritis.

Generasi hari ini akrab dengan gawai, tetapi asing dengan buku. Platform seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp lebih sering dikunjungi ketimbang lembaran-lembaran pemikiran yang membentuk nalar. Diskusi menjadi hambar, penuh basa-basi tanpa substansi. Wacana kritis berganti dengan euforia sesaat. Tak mengherankan jika daya respons kader terhadap isu-isu strategis jadi begitu lemah.

Apa yang dikatakan Deliar Noer kembali terasa relevan:
"Gerakan mahasiswa kehilangan makna saat ia tercerabut dari dunia pemikiran."
Saat membaca tak lagi menjadi kebutuhan, berpikir pun terasa seperti beban. Ini adalah krisis yang sangat mendasar.

Perkaderan seharusnya menjadi ruang tumbuh, tempat persemaian pemikiran dan keberanian. Namun, hari ini justru kerap menjadi ruang tekanan. Senioritas berlebihan menciptakan ketakutan. Kritis dianggap pembangkangan, sementara diam dimaknai sebagai loyalitas. Ini keliru dan membahayakan.

Perubahan tak akan pernah lahir tanpa kesadaran kolektif. Semua elemen HMI Cabang Ciputat mesti berhenti saling menyalahkan dan mulai bersatu membenahi akar persoalan. Sebagaimana diingatkan Ibnu Khaldun:
"Satu bangsa akan lemah bukan karena musuh, tetapi karena kehilangan solidaritas."

suatu rumah tidak akan terlihat besar dan indah tanpa adanya perawatan dan pembenahan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline