Lihat ke Halaman Asli

Semen Padang: an Eco-Friendly Cement Company, Towards World Class Cement Company

Diperbarui: 23 Februari 2016   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Logo Semen Padang"][/caption]

Ingatkah Anda dengan sebuah film berjudul Merantau? atau Tenggelamnya Kapal Van Der Widjk? Kedua film tersebut diambil di sebuah Provinsi di salah satu sudut Pulau Sumatera yang terkenal dengan budaya Minangkabaunya yang sangat khas. Ya, tidak salah lagi, provinsi Sumatera Barat lah namanya.

Sumatera Barat sangat dikenal dengan nilai-nilai luhur Minangkabaunya. Nilai-nilai tersebut tertanam di dalam budaya dan adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar, dan diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Kurang lebih penulis tahu seperti apa nilai-nilai yang dijunjungnya, karena saat studi master di UKM-GSB (Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia) penulis memiliki banyak sahabat yang terlahir dan tumbuh dewasa di tanah minang tersebut. Cerita-cerita yang disampaikannya cukup membuat saya iri, dan tertarik untuk segera mencoba backpacker melancong ke tanah Minang tersebut, berpetualang, serta blusukan menjelajahi keindahan-keindahan alam yang dimilikinya. 

Ketertatikan Penulis terhadap Industri Semen

Ketertarikan penulis terhadap industri semen bermula ketika penulis tinggal di Tuban setelah penulis menikahi seorang wanita cantik yang berasal dari Tuban. Di Tuban, terdapat beberapa site industri semen yang tersebar di beberapa tempat. Salah satu pemain yang turut serta membuka site di Tuban adalah Semen Gresik. Dari situ, penulis mulai tertarik dengan bagaimana poses bisnis yang berada di dalamnya, mulai dari proses supply chain, manufacturing / production, distribusi, dsb. Dari situ, timbul suatu pertanyaan bahwa tentu tidaklah mudah mengolah industri sebesar itu dengan tetap berpegang teguh pada prinsip ramah lingkungan / green industry. Dari situlah timbul why and why yang lain, sehingga menuntun penulis bereksplorasi dan belajar tentang industri semen tersebut.

Rasa penasaran tersebut menuntun penulis ke dalam sebuah rak buku di suatu toko buku di Surabaya, ditemukanlah sebuah buku berjudul "Road to Semen Indonesia: Transformasi Korporasi, Mengubah Konflik Menjadi kekuatan".  Tidak perlu pikir panjang, akhirnya penulis membeli buku tersebut dan membacanya sesampainya di rumah.

[caption caption="Buku Road to Semen Indonesia, Transformasi Korporasi, Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan"]

[/caption]

Buku yang Menarik

"Buku yang menarik", itulah kira-kira yang ada dalam benak saya saat pertama kali mencoba membolak balik buku tersebut halaman per halaman. Dari situ, saya mengetahui bahwa terdapat dinamika panjang dan cukup rumit yang telah dialami oleh sang raksasa Semen Indonesia sebelum kini akhirnya sukses menjadi pemain terbesar di industri semen di Asia Tenggara. Adalah Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa, tiga raksasa semen di Indonesia yang setelah mengalami dinamika yang panjang tersebut, kini telah mengalami proses transformasi yang cukup panjang dan rumit hingga kini saling berkolaborasi untuk memenangkan market share nasional bahkan regional. Masing-masing memiliki spesialisasi di "lahan tempurnya" masing-masing, karena pengaruh dari strong brand di masing-masing wilayah / pangsa pasar. Adalah ide brilian, menggabungkan ketiga pemain besar tersebut menjadi satu brand besar bernama Semen Indonesia, sehingga akan berdampak pada kekuatan ketiganya dalam memenangi pasar regional ke depannya.

Semen Padang sebagai Kebanggaan Sumatera Barat

Adalah PT. Semen Padang (Selanjutnya disebut "Semen Padang"), sebuah perusahaan pengolahan Batu Kapur yang pada mulanya beroperasi di Sumatera Barat. Semen Padang adalah perusahaan batu kapur sebagai raw material yang kemudian diolah menjadi semen sebagai finished good. Semen Padang adalah salah satu kebanggaan Sumatera Barat, karena merupakan salah satu pilar perekonomian daerah Sumatera Barat yang dibangun sejak era Hindia Belanda pada masa penjajahan silam (Abrar, Y, 2011).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline