Lihat ke Halaman Asli

Peran Komunitas Religius dalam Masyarakat

Diperbarui: 30 Juni 2021   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

DISUSUN OLEH:

MONICHA SEMBIRING, MICHELLE AURELIE, JESSICA IRAWAN, IVANE NAVA, GABRIELLA AGUSTINE

Perbedaan agama yang ada di Indonesia dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Seringkali kita mendengar berita tentang adanya perpecahan antar agama karena saling merasa paling baik. Agama seringkali menjadi menjadi isu yang sensitif di tengah masyarakat. Salah satu contohnya pada tahun 1998-2001 mengenai konflik Poso antara agama Islam dan Kristen. 

Peristiwa tersebut mengakibatkan banyak korban berjatuhan dan kerusakan bangunan akibat terbakar (Subarkah, 2016). Hanya berawal dari masalah sepele saja, kedua pemimpin dari agama ini saling memprovokasi hingga berujung pada pertumpahan darah. Di sisi lain, kita dapat melihat perbedaan agama ini dengan kacamata yang positif. Banyak komunitas-komunitas religius yang saling tolong menolong terlepas dari perbedaan keyakinan. Salah satunya yang terjadi di Pondok Pesantren Darussalam. Walaupun konflik sering terjadi pada kedua kelompok agama ini, tetapi ketika pandemi COVID-19 ini merebak justru keduanya bisa bersatu untuk saling membantu.

Pondok Pesantren Darussalam di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menjadi klaster COVID-19. Lebih dari 600 santri terkonfirmasi positif COVID-19 dan 6.000 santri dikarantina. Salah satu dukungan datang dari Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi yang turut memberikan sumbangan kepada para santri di Pondok Pesantren Darussalam sebagai bentuk kepedulian. Romo Fadjar mengatakan bahwa penanganan COVID-19 merupakan tanggung jawab bersama sebagai satu bangsa, bukan hanya pemerintah saja. Ia juga turut mendoakan dan berpesan agar tidak ada pihak yang saling menyalahkan dalam penanganan COVID-19 di Pondok Pesantren Darussalam. 

Romo Fadjar beserta sejumlah suster biarawati dan Dewan Pastoral Paroki, langsung menyambangi Pondok Pesantren Darussalam untuk memberikan bantuan berupa 50 kardus pembalut untuk 2.500 santri perempuan dan kebutuhan pokok untuk operasional dapur umum. Tidak hanya itu, terdapat juga bantuan tenaga dari 200 sukarelawan setiap harinya untuk bekerja di dapur umum di Lapangan Kaligesing. 

Ada 14 tenda berukuran besar di Lapangan Kaligesing yang digunakan untuk kebutuhan logistik, dapur, penyiapan bahan makanan, pembuatan kotak makanan, hingga tenda untuk pengisian makanan. Salah satu sukarelawan bernama Yuliani yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, turut membantu menyiapkan kotak makan di dapur umum dari pukul 06.00 sampai 12.00. Ia juga menyusun kotak dan mengantarkan ke tenda pengisian makanan. Sejak awal Yuliani ditawari oleh kepala BPD Karangdoro untuk menjadi sukarelawan, ia langsung mau membantu dan tidak mengharapkan imbalan apa pun. 

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi, Abdul Kadir, mengatakan bahwa ia menargetkan untuk menyediakan 18.000 porsi makanan setiap hari dengan rincian 6.000 porsi masing-masing untuk pagi, siang, dan malam. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit juga dilibatkan untuk memastikan kesehatan makanan. 

Dalam seporsi makanan diwajibkan ada nasi, sayur, lauk, buah, dan dipastikan tidak ada zat berbahaya seperti boraks dan formalin dalam makanan. Selain komunitas Gereja Katolik Santo Paulus Jajag Banyuwangi, pada tahun 2015 komunitas Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus juga pernah memberikan bantuan kepada jamaah yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Jami, Kota Malang. 

Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus memperbolehkan jamaah menggunakan halaman Gereja untuk shalat Idul Fitri serta menunda kebaktian untuk memberikan kesempatan pada umat Muslim untuk beribadah, karena saat itu lebaran jatuh pada hari Minggu (Widianto, 2015).

Kelompok kami menyetujui aksi-aksi sosial di atas. Adanya COVID-19 ini menurut kami bisa dijadikan kesempatan untuk mempererat kesatuan antar umat beragama, bukan malah semakin memecah. Upaya untuk membantu orang yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda seperti ini patut diberi sorotan lebih agar bisa diteladani. Semakin banyak dialog/interaksi antar umat beragama, akan semakin terwujud sikap saling memahami di antara mereka, sehingga interaksi baik seperti ini dapat terhitung sebagai strategi yang efektif untuk menciptakan keharmonisan antar umat beragama (Sari, 2020). Jika berita seperti ini kurang disorot, kesadaran individu untuk menghargai dan membantu umat beragama lain akan kurang dan selanjutnya bisa menimbulkan dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti perpecahan antar umat beragama di Poso. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline