Pengetahuan kita memiliki batas pinggir. Laiknyalingkaran, ada radius terjauh yang bisa kita jangkau.
Dalam radius tersebut, pengetahuan akan menopang kita dalam interaksi sosial dengan menyediakan argumen, sudut pandang yang valid dan bisa diterima karena berbasis pengetahuan utuh. Namun, bila bergerak terlalu jauh melewati batas pinggir, maka risiko terpapar kedunguan akan membesar. Ketika terperangkap dalam situasi tersebut, kita akan sulit bergeser ke tempat semula berhubung reputasi sudah duluan anjlok.
Oleh sebab itu, memahami batas pinggir pengetahuan adalah hal penting yang mesti diresapi sedari awal. Mesti ada kerendahan hati untuk mengetahui bahwa pada titik tertentu kita tidak memiliki pengetahuan yang utuh sehingga harus memberikan ruang bagi yang lain untuk mengisi.
Lantas apa yang bisa kita lakukan setelah memahami makna batas pinggir lingkaran kompetensi?
Tentunya, hal yang paling patut adalah mengusahakan agar lingkar tersebut membesar dengan cara menggeser batas pinggirnya.
Dengan apa?
Dengan memperbesar kapasitas melalui pengalaman maupun bacaan. Bacaan adalah sebuah proses meng-copy kepintaran orang lain untuk dimasukkan ke dalam kepala kita tanpa harus mengalami peristiwa yang sama.
Pengalaman adalah apa yang kita alami sendiri sehingga menjadi bahan pembelajaran.
Bila hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuat penambahan kapasitas scara langsung sehingga kita memiliki ruang yang besar dalam, kelak berguna, melakukan interaksi sosial.
Hal ini tentu tidak mudah karena memerlukan waktu dan usaha. Saran, selama sesuatu itu berharga maka patut diperjuangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI