Lihat ke Halaman Asli

Dampak Pemilu terhadap Rendahnya Akal, Moral, dan Etika

Diperbarui: 12 April 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam membicarakan masalah pemilu, pastinya sangat bersangkuan dengan kehidupan sosial, kemasyarakatan, dan keberlangsungan kehidupan sehari-hari.

Ketika berlangsungnya PEMILU atau akan diselenggarakannya PEMILU, pasti ada beberapa calon yang mencalonkan dirinya sebagai kandidat, tentunya akan membentuk suatu kelompok atau suatu jaringan sebagai kekuatan atau senjata bagi calon atau kandidat untuk mencapai tujuan yang maksimal dalam kompetisi tersebut.

Kelompok-kelompok tersebut akan merancang berbagai macam rencana atau langkah untuk mendapatkan langkah yang tepat untuk dapat mewujudkan cita-cita kelompok tersebut.

Ketika berlangsungnya persaingan antara kelompok dalam mewujudkan cita-citanya, tak sedikit bagi mereka yang menghalalkan segala macam cara agar bisa memenangkan calon yang diusung oleh sebuah kelompok, tanpa memikirkan dampak negatif yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, seperti halnya money politik, manipulasi data perolehan suara, intimidasi terhadap kelompok-kelompok tertentu yang tidak mau mendukung atau sebagai musuh dalam persaingan politik, dan berbagai macam cara yang dilakukan tanpa memperdulikan etika agama, etika masyarakat, dan etika budaya. Hal-hal tersebut dilakukan demi mencari dukungan dan pengikut kelompok tersebut.

Banyak hal yang akan terjadi bagi kandidat yang terpilih antara lain adalah  hilangnya rasa tanggung jawab sosial terhadap masyarakat karena merasa segala macam persoalan dapat dia handle dengan harta dan kekuasan tanpa memikirkan etika,moral,akal,dan adab. sehingga muncullah sikap sewenang-wenang terhadap kaum tak berdaya,dan mudah membolak balikkan fakta sebagaimana membolak-balikkan telapak tangan,dan hukum yg berlaku seoalah-olah menjadi permainan kecil diantara beberapa pemimpin.

Hal ini juga berdampak buruk bagi masyarakat yang tak berdaya, mereka hanya tunduk patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang di tetapkan oleh pemimpin dzolim, mereka hanya bisa meratapi ke dzoliman yang merajalela tanpa ada komentar sedikitpun dikarenakan tidak ada daya atau kekuatan untuk melawan, sehingga terdoktrin di kalangan masyarakat bahwasanya hukum itu tajam ke bawah dan tumpul keatas.

Persoalan ini sebenarnya sudah lama terjadi dan sudah mengakar, tidak hanya di kalangan kaum elit tapi juga sudah kepelosok desa yang merasakan hal-hal yang demikian. Terlebih dikalangan pemerintahan, tidak heran banyak yang terseret oleh pihak yang berwajib karna menyelewengkan wewenang dan melakukan hal-hal yang menyimpang dari peraturan pemerintah sendiri.

Tidak hanya disitu, banyak masyarakat yang merasakan dampak pemimpin yang hanya tidak mengetahui tugas dan fungsinya. Sehingga mereka tidak dapat melaksanakan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.

Masyarakat juga tidak dapat merasakan peran pemerintah yang benar-benar mengayomi kepada rakyat. Sehingga penyesalan yang mendalam dirasakan oleh masyarakat selama pemimpin tersebut menjabat. Sehingga ada orang bijak berbicara "jangan tukar masa depan bangsa dengan uang 100ribu bahkan 500ribu". Karna bangsa ini tergantung oleh pemerintahnya, dan pemerintah itu dipilih oleh masyarakat. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline