Lihat ke Halaman Asli

M MULYOHADI SANTOSO

Strategic Property Advisor

Cari Tanah? Cukup dari Sofa, Bukan Keliling Naik Motor

Diperbarui: 10 Agustus 2025   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cari tanah? Cukup dari atas sofa: ilustrasi by AI generated 


Dulu, kalau mau cari tanah, apalagi buat rencana membangun rumah atau proyek kecil-kecilan, kita harus siap berkeliling kota. Naik motor di bawah terik matahari, mata awas mencari plang “Tanah Dijual”, lalu buru-buru mencatat nomor telepon yang tertera. Seringnya, setelah seharian keliling, yang didapat justru lokasi yang jauh dari harapan—akses sempit, lingkungan sepi, atau harganya bikin kaget.

Sekarang, semua itu sudah berbeda. Bahkan orang yang belum pernah beli tanah sekalipun bisa memulai pencarian dari sofa rumah. Modalnya? HP, kuota internet, dan sedikit rasa ingin tahu. Tidak perlu lagi terburu-buru keluar rumah hanya untuk “lihat-lihat” tanpa arah.

Mulailah dari Google Maps. Ketik area yang kamu mau, lalu zoom-in. Aktifkan fitur Street View, dan kamu bisa “berjalan” virtual di sepanjang jalan. Lihat kondisi sekitar: apakah jalannya lebar, apakah dekat sekolah atau pasar, dan seberapa jauh dari akses tol. Semua ini bisa dicek tanpa harus keluar rumah.

Kalau ingin tahu harga pasaran, buka marketplace properti seperti Rumah123, OLX, atau 99.co. Gunakan filter lokasi, luas, dan harga. Hasilnya? Kamu punya gambaran kisaran harga di area incaran. Ini penting supaya nanti saat bertemu penjual, kamu bisa menawar dengan data yang jelas.

Soal legalitas, sekarang pun jadi lebih mudah. Ada aplikasi resmi BPN bernama Sentuh Tanahku. Tinggal masukkan data sertifikat, dan informasi kepemilikan akan muncul. Ini membantu mengurangi risiko membeli lahan yang statusnya bermasalah.

Metode ini bukan cuma menghemat bensin dan waktu, tapi juga bikin kita lebih percaya diri saat akhirnya turun langsung ke lapangan. Kita sudah punya bekal data, tahu kisaran harga, dan siap melakukan pengecekan akhir. Motor tetap perlu, tapi kali ini hanya untuk memastikan lahan yang kita “incar” secara online memang cocok di dunia nyata.

Bagi orang awam, cara ini seperti punya “mata kedua” yang bisa menjelajahi kota kapan saja. Bedanya, mata ini ada di layar ponsel, dan kita bisa menggunakannya sambil menyeruput kopi di rumah.

Nah, setelah lahan sudah ditemukan, tantangannya bergeser: bagaimana cara memasarkan properti itu tanpa repot cetak ribuan brosur dan menyebarkannya di pinggir jalan?
Di bagian selanjutnya, kita akan bahas kenapa brosur digital sering kali lebih efektif menjangkau pembeli dibanding brosur cetak—bahkan untuk pengembang pemula sekalipun.

Penulis 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline