Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Otak Teroris seperti Apa?

Diperbarui: 29 Maret 2021   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: idntimes.com

Amigdala adalah reptilian brain yang "tertinggal" di otak manusia setelah middle brain dan upper brain berkembang. Amigdala pada reptil berfungsi untuk memilih 2 tindakan saja pada sebuah situasi, yaitu fight atau flight. Pada otak manusia, sebuah situasi akan diolah terlebih dahulu di upper brain, sehingga bisa menentukan tindakan yg lebih tepat dibanding fight atau flight saja.

Tumor di otak bisa menjadi penyebab amigdala membajak kerja seluruh bagian otak. Charles Whitman di tahun 1966 yang disebut Texas Tower Sniper, membunuh istri dan ibunya di rumahnya dengan pisau, lalu ia pergi ke kampus University of Texas di Austin. Di sana ia membunuh total 14 orang hanya dalam kurang dari 2 jam saja dengan berbagai jenis senjata api dan melukai 31 orang. Ia akhirnya mati ditembak polisi. Dalam tulisan yang ditinggalkan untuk menjelaskan aksi mengerikannya itu, ia menyebut mengalami gangguan di kepalanya yang membuatnya sakit kepala, bingung, stres dan depresi dalam beberapa bulan terakhir.

Pembantai di Texas yang menewaskan 16 orang ini disebut oleh para ahli memiliki tumor otak yang mempengaruhi amigdalanya, dan lalu menimbulkan kecemasan dan agresi yang mengerikan.

Stephen Paddock membantai 60 orang di Las Vegas dan melukai 867 orang lebih pada 1 Oktober 2017. Motif orang ini masih misterius. Sayangnya otaknya rusak karena peluru yang ia tembakkan sendiri untuk bunuh diri setelah melakukan aksi pembantaian. Mungkinkah ia memiliki tumor di otak? Atau mungkinkah otaknya telah dijejali informasi negatif belakangan ini?

Stephen Paddock menurut beberapa media disebut tak memiliki ciri seorang psikopat. Ia memang seorang penjudi dan kurang banyak bergaul dengan banyak orang. Namun beberapa tahun terakhir sebelum ia melakukan serangan mengerikan dengan beberapa senjata otomatis dari kamar hotelnya di lantai 32 di Las Vegas, ia disebut menemui beberapa dokter untuk keluhan stres atau depresi. Sebagaimana kita ketahui stres atau depresi yang berkepanjangan bisa merusak otak yang pada akhirnya mendorong orang pada aksi agresi atau kekerasan yang mengerikan.

Selain tumor, nampaknya amigdala bisa menjadi aktif jika upper brain kurang digunakan semestinya. Informasi negatif yang dijejalkan ke otak bisa membuat otak berada dalam kondisi yg negatif, sehingga amigdala mudah membajak upper brain

Program cuci otak bagi "pengantin" (calon teroris) yang akan melakukan serangan teror bunuh diri adalah program menjejalkan informasi negatif ke dalam otak agar otak berada dalam kondisi negatif atau rusak.

Kata kebahagiaan, happiness, wellbeing, kadang disebut oleh beberapa neuroscientists dengan menggunakan kata positivity. Artinya adalah sebuah kondisi di otak saat berfungsi maksimal, sehingga lebih cerdas, lebih penuh solusi, lebih kreatif dan inovatif, lebih tahan stres dan depresi, membuat tubuh lebih sehat, lebih cenderung pada altruism (kebajikan) atau lebih spiritual. Mereka yang memiliki positivity yang besar terbukti bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Menurut riset, mereka yang yang rajin meditasi terbukti memiliki empathy yang lebih besar atau perasaan oneness, berpegang-teguh pada golden rule, atau bahkan memiliki spirituality yang lebih besar. Artinya mereka ini kurang memiliki pandangan eksklusif pada dirinya atau kelompoknya sendiri. Mereka cenderung merasa menjadi bagian dari apa pun di sekitarnya atau dari kelompok lain. Mereka menjadi tak sanggup berbuat kekerasan pada yang lain atau kelompok lain. Juga mudah menolong daripada mengacuhkan yang lain yang artinya juga menjadi lebih berguna bagi orang lain.

Meditasi (meditasi sekuler yang tidak terkait dengan keyakinan apa pun) hanya salah satu cara untuk memiliki positivity yang besar. Menurut berbagai riset, berdoa pun bisa menghasilkan positivity yang besar. Begitu juga bersyukur, terutama bersyukur yang didefinisikan oleh neuroscience, yaitu menulis 'jurnal positif' yang isinya adalah pengalaman positif dari diri kita sendiri atau apa yang positif di di sekitar kita.

Masih ada banyak praktik lain yang menurut riset bisa digunakan untuk menghasilkan positivity yang besar. Kebanyakan praktik ini adalah praktik yang sudah biasa kita lakukan sehari-hari, sehingga kita hanya tinggal memprogramnya untuk menghasilkan positivity yang besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline