Kompasianer, Liburan di Anyer itu ibarat makan nasi goreng spesial---selalu enak, selalu rame, dan selalu bikin kenyang hati. Kami menjelajah beberapa pantai di sepanjang garis pantai Anyer: ada yang berpasir putih, ada yang berbatu, ada yang cocok buat main air, dan ada yang cocok buat duduk sambil mikir, "Kapan ya bisa liburan lagi?"
Setiap pantai punya cerita. Ada yang kami kunjungi pagi-pagi, masih sepi dan anginnya semilir. Ada juga yang ramai, penuh tenda dan anak-anak main ban pelampung. Di salah satu pantai, kami sempat nyicip kelapa muda yang rasanya segar banget, meski sedotan plastiknya agak miring. Tapi ya itulah seni liburan: nggak harus sempurna, yang penting seru.
Dan akhirnya, kami sampai di Titik 0 KM Anyer---tempat legendaris yang jadi penanda awal Jalan Raya Pos Daendels. Di sinilah sejarah dimulai, dan kami pun menutup hari dengan gaya. Ada monumen kecil, ada pemandangan laut yang luas, dan ada rasa bangga karena berhasil sampai ujung.
"Titik 0 KM./Koleksi: Misbah Moerad."
Kami duduk di pinggir, ngopi santai sambil nyemil sisa bekal. Anak-anak lari-larian, saya duduk sambil bilang, "Ini titik nol, tapi rasanya kayak titik sepuluh---karena udah puas banget." Saya cuma bisa senyum, sambil mikir, "Kalau Daendels dulu mulai jalan dari sini, kita justru selesai jalan di sini. Ironis tapi manis."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI