Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Ensiklopedia Amarah

Diperbarui: 14 Desember 2019   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Hujan kata-kata, dari rahim awan yang kesepian
mengaliri sungai-sungai, di pinggang perbukitan
menuju muara, tempat tanda baca tinggal di sana
setelah dihanyutkan derasnya pertanyaan
juga peringatan tanda bahaya
atas ilmu pengetahuan
yang terkadang mengabaikan Tuhan

Banjir kalimat
dari syahwat tak terpuaskan, para penguasa dunia
yang tubuh-tubuhnya menyerupai keranda
pada banyak upacara kematian
lalu memberi tanda pada, nisan-nisan yang kesepian
tanpa nama, di mana-mana
saat peperangan, adalah jamuan sarapan pagi
dan pesta kelaparan
adalah makan malam yang mengenyangkan

Aku ingin menjadi, jelmaan elang
terbang mengitari bumi
mematuki semua mata pemimpin
yang menatap dunia, dengan pandangan dingin
sampai mereka buta, tak bisa lagi melihat peta

Aku ingin menjadi, sayap-sayap matahari
datang di sebuah pagi
ketika jendela belum lagi terbuka
membakar tubuh mereka, hingga sehangus arang hitam
para pemimpin yang tertidur lelap, dengan suara dengkur yang muram
sementara orang-orang di berbagai belahan dunia
mencakari udara, sekarat, dan mati sia-sia

Aku ingin menjadi, angin yang tajam
seperti mata pisau penjagal
untuk memenggal leher mereka
para pemimpin yang melemparkan senyuman lebar
sambil beretorika tentang kebaikan peradaban
justru saat ribuan anak-anak, dan juga ibunya
berlarian menghindar
dari desing peluru, dan hamburan mesiu
yang mengejar mereka
hingga ke liang dan lubang-lubang
tempat mereka membaringkan diri
menjemput mati

Jakarta, 14 Desember 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline