Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

Diperbarui: 12 Desember 2018   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bab VIII

Misteri adalah kenyataan yang masih tertutupi
Ketidaktahuan adalah tahu yang terselimuti
Ketidakpercayaan timbul akibat rasa percaya yang hilang
Ketidakmampuan ada karena niat yang tidak lagi berbilang
Misteri terbuka jika ada campur tangan Tuhan di dalamnya
Bukan karena kebetulan belaka
Atau ilmu pengetahuan semata.

 

Bab IX

Pesisir Plengkung Blambangan. Sebuah pantai paling misterius di wilayah kerajaan Blambangan.  Menurut sebagian orang, pantai ini mengandung cerita cerita mengerikan tentang kerajaan makhluk halus, sarang Banaspati, tempat berkumpulnya Genderuwo dan kisah kisah lain yang cukup mendirikan bulu roma bagi siapa saja yang mendengarnya.  Jarang sekali manusia menjejakkan kaki di wilayah yang singup ini. 

Padahal sebenarnya jika mata fana melihat wilayah ini.  Hanya keindahan yang nampak.  Pesisir yang dihampari beludru pasir berwarna putih. Dipagari oleh pepohonan raksasa tegap berjajar seperti pasukan terrakota Dinasti Qin.  Angin bertiup lemah membawa bau asin air laut.  Menggoda ikan dan udang berenang hingga ke pinggir pantai.   Mencoba nikmati sinar matahari yang sedang bersembunyi di ujung langit. 

Sima Lodra menurunkan Arya Dahana perlahan di pantai yang bersih.  Dyah Puspita buru buru memeriksa keadaan pemuda yang diam diam dicintainya ini.  Wajahnya masih pucat pasi tapi tidak lagi kehijauan.  

Sepanjang jalan menuju ke daerah asing ini.  Sima Lodra sering menurunkan Arya Dahana dan memberikan isyarat kepada Dyah Puspita untuk membuat ramuan obat dari dedaunan dan akar akaran yang ditemui di hutan atau pinggir sungai.  

Selama beberapa hari melakukan perjalanan bersama Sima Lodra membawa Arya Dahana yang masih terus terusan pingsan, membuat Dyah Puspita banyak mengerti tentang bahasa isyarat harimau sakti itu.  Ramuan yang dibuatnya ternyata cukup membuat Arya Dahana bertahan hidup meski tidak bisa pulih sepenuhnya.

Dyah Puspita bernafas sedikit lega.  Hatinya trenyuh melihat keadaan pemuda ini.  Gara gara dialah pemuda yang disayanginya ini jadi begini. Dipandanginya wajah polos yang menarik hatinya.  Diusapnya bibir kurus yang mulai ditumbuhi bulu bulu halus di atasnya.  Hmmmm...ganteng juga, pikir Dyah Puspita setelah memperhatikan lebih seksama.  Cepat cepat dibuangnya rasa tidak karuan yang mendadak datang tadi. 

Sekarang dia fokus pada memeriksa nadi, detak jantung dan pernafasan Arya Dahana.  Semuanya lemah tapi tetap berdetak teratur.  Dia memeriksa sekeliling.  Barangkali ada gua atau tempat apapun yang bisa dijadikan tempat berlindung jika hujan tiba.  Tidak ada gua.  Dyah Puspita memutuskan membuat sebuah pondok sederhana di bawah sebuah pohon Trembesi raksasa.  Dia memberi isyarat pada Sima Lodra.  Si harimau putih itu menggeram halus dan masuk ke hutan untuk berburu buat makan malam mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline