Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi│Pagi Memanjat Langit

Diperbarui: 11 Agustus 2018   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Metbuat.az

Langit menjerit. Kegirangannya membukit. Pagi ini birunya sama sekali tak terluka. Dari tepi ke tepi tak bercuka. 

Mendung belum berlahiran. Belum cukup bulan. Embun bermalas-malasan. Memilih bersembunyi di ketiak anggrek bulan. Kabut sedang kedinginan. Meringkuk di selangkangan gunung-gunung yang masih berdengkuran.

Pagi memanjat langit dengan leluasa. Cahaya bertebaran di mana-mana. Di muka, hati, dan mata. Bayangan tubuh begitu sempurna. Ini pagi yang menarikan tarian salsa. Gembira.

Pucuk cemara meniupkan helaan nafas. Di punggung lembah yang terkelupas. Menatap samudera kekosongan di atas. Biru itu nampaknya akan cukup lama membeku. Memantulkan seringai wajah waktu.

Pohon kamboja beramai-ramai berbunga. Wanginya dihamburkan secara cuma-cuma. Meniti udara yang banyak berdiam diri. Membiarkan pagi memulakan hari berseri-seri. Ini saatnya sunyi sedikit menepi.

Bogor, 11 Agustus 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline