Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Bulan Terjatuh di Pekarangan

Diperbarui: 15 April 2018   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (pixabay.com)

Di pojokan. Dekat kolam ikan. Potongan bulan terjatuh tak sengaja. Tak lebih dari seperdelapannya. Sisanya entah kemana. Mungkin ditelan pagi dan dimuntahkan kembali saat senja. 

Bulan berjatuhan di setiap pekarangan orang-orang yang mempercayai cahaya. Bukan sekedar menerangi. Tapi ikut serta melembutkan hati. Gaduh dan rusuh akhir-akhir ini begitu melukai. Sampai pada satu titik lupa pada cara mencintai.

Apabila sampai pada waktunya bulan tak hendak lagi jatuh. Memilih untuk menjadi potongan benda langit yang rapuh. Maka menyapu pekarangan sebersih-bersihnya adalah kesimpulan. Barangkali bulan sudah muak pada kelalaian.

Ketika malam kembali mempersembahkan opera. Tentang bulan yang menyabit atau purnama. Duduklah sebaik-baiknya cara. Saksikan sampai habis bagaimana bulan bercerita mengenai cinta.

Jakarta, 15 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline