Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mari Berbicara tentang Fiksi

Diperbarui: 15 April 2018   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebelum dunia membubarkan dirinya karena terlalu lama diracuni dengki.  Mari bicara tentang fiksi; 

Lusinan bahan kimia mengendapi kepala.  Sehingga banyak perkara lalu hanya menjadi rantai karbon C dan H.  Tidak sesuai maka putuslah rantainya.  Atau hilang begitu saja tanpa diberi nama.  Tidak tercatat.  Tidak diberi hormat.

Berbicara tentang fiksi bukan cuma sekedar jejak imajinasi yang diuapkan isi kepala karena suntuk dengan keadaan.  Lalu mengukur seberapa jauh masa depan bisa diperdebatkan.  Seperti surga itu persisnya dimana.  Neraka itu seberapa panas apinya. 

Ini keyakinan.  Bukan masalah bualan orang-orang yang dipanasi zaman.

Fiksi adalah separuh khayalan.   Separuhnya lagi ramalan lintang pukang yang mungkin benar.  Mungkin samar.  Mungkin juga nanar.  Mungkin malah lebih banyak berbicara tentang gambar yang pudar.

Menyamakan fiksi dengan catatan apapun tidaklah pada tempatnya.  Seperti meletakkan kopi di panci sementara gulai kikil dipanaskan dalam sebuah cangkir kecil.  Tidak elok rupa dan rasanya.  Tak ubahnya memberi gula pada perasan buah maja.

Biarlah fiksi mencari jalannya sendiri.  Menuju entah bagi orang-orang yang berpikir fiksi adalah barang mentah.  Menuju suatu tempat ketika orang-orang menikmati sebagai kesegaran buah leci.

Jakarta, 15 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline