Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Purnama Kesiangan

Diperbarui: 16 Februari 2018   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cuma ada satu bintang malam ini.  Bertengger sendirian.  Tapi tidak kesepian.  Ada sepotong dahan menyumbangkan keramaian dedaunan.

Warna langit agak buram.  Menceritakan kisah betapa getirnya rasa balam.  Namun tidak suram.  Banyak kepahitan memberikan peringatan tentang manis sesungguhnya dari kuatnya perjuangan.

Satu bintang dan langit bersanding.  Memperlihatkan tahta semesta.  Langit sebagai raja dan bintang sebagai mahkota.  Kerajaannya malam.  Para hambanya kegelapan.

Kalimat yang disampaikan pada saat upacara menunggu dinihari adalah kalimat tentang harapan.  Dari sepasang cinta yang berjuang keluar dari tempurung yang terbuat dari cangkang kecomang.  Asinnya lautan terlalu biasa.  Sekarang mencari daratan untuk mencicipi udara sempurna.

Satu bintang bukan kata perumpamaan.  Pudarnya langit bukan warna percobaan.  Semua adalah hikayat yang diceritakan purnama kesiangan.

Bogor, 16 Februari 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline