Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Percakapan Imajiner Dua Nisan Tak Bernama

Diperbarui: 18 Agustus 2017   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Diiringi suara musik sepelan degung namun berirama seperti suara tupai yang memberontak).

Malam di bulan Agustus.  Adalah malam dimana hampir semua dada hampir meledak.  Karena menghirup udara serasa merdeka.  Berkata kata serasa merdeka.  Berpikir serasa merdeka.  Menulis juga serasa merdeka.  Begitu pula dua nisan berlumut tak bertanda di sebuah sudut pemakaman tua. Memulai percakapannya dengan merdeka;

Nisan 1;

Wahai nisan di sebelahku.  Sesungguhnya siapakah yang terkubur di bawah kakimu.  Aku lihat kau berlumut.  Apakah itu jasad yang berkabut?

Nisan 2;

Tidak!  Jasad terkubur di perutku adalah seorang pahlawan.  Tulang belulangnya disarangi beberapa butir peluru.  Dia mati ketika langit saat itu berwarna biru.

(Musik bereskalasi namun tetap tenang dan syahdu)

Nisan 1;

Siapakah namanya? Laki laki atau wanita? Muda atau tua? Aku memberitahumu.  Jasad di tubuhku adalah petani.  Dia mati saat masih menggenggam ani ani.  Peluru meriam meledak di sawah yang dipenuhi padi padi berisi.

Nisan 2;

Aku tidak tahu nama jasad ini.  Yang aku tahu wangi menguar keluar dari tulang tulangnya yang berserakan.  Padahal ini tulang tulang yang dulu dipindahkan dari dalam hutan.  Tempatnya terakhir bergerilya dengan senapan panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline