Lihat ke Halaman Asli

Gen Z dan Tabungan Masa Depan: Mengapa Menabung Kini Kurang Menarik?

Diperbarui: 8 Oktober 2025   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Investasi vs Menabung

Di masa lalu, menabung di bank adalah simbol kedewasaan finansial. Buku tabungan menjadi bukti seseorang mulai bertanggung jawab terhadap masa depan. Namun kini, bagi banyak anak muda terutama Generasi Z yang lahir ketika dunia sudah serba digital, menganggap konsep "menabung di bank" terasa kuno. Uang bukan lagi disimpan, tapi diputar. Mereka lebih tertarik pada e-wallet, investasi crypto, atau reksa dana. Pertanyaannya, mengapa menabung kini terasa tidak lagi menarik?

Nilai Uang Tak Lagi Diam

Generasi Z tumbuh di era inflasi tinggi dan harga barang yang bergerak cepat. Nilai uang yang disimpan begitu saja terasa "menguap". Mereka sadar bahwa menyimpan uang di tabungan justru bisa membuat nilai uang menyusut secara diam-diam. Akibatnya, muncul pandangan bahwa "uang harus bekerja, bukan tidur." Inilah yang mendorong Gen Z untuk mencari alternatif, seperti investasi saham, trading, hingga ikut arisan digital. Mereka ingin hasil yang lebih cepat dan "terlihat".

Kecepatan & Kepuasan Instan

Gen Z hidup dalam budaya serba cepat: konten 15 detik, transaksi 3 klik, dan ekspektasi hasil instan. Dalam konteks itu, menabung yang membutuhkan waktu dan konsistensi terasa lambat dan membosankan. Aplikasi finansial dan platform investasi digital menawarkan pengalaman interaktif, progres harian, dan visualisasi keuntungan yang memikat.

Literasi Keuangan yang "Setengah Matang"

Meski lebih melek teknologi, bukan berarti Gen Z otomatis melek finansial. Banyak yang mengenal istilah reksa dana, crypto tapi tidak benar-benar memahami risikonya. Fenomena fear of missing out (FOMO) membuat mereka cepat tergiur investasi berisiko tinggi, tanpa pondasi perencanaan keuangan yang kuat. Padahal, menabung adalah tahap awal untuk membangun kestabilan finansial. Sayangnya, prinsip sederhana ini sering terlupakan di tengah hiruk-pikuk dunia digital.

Perbankan yang Belum Beradaptasi Penuh

Bagi Gen Z, pengalaman pengguna (user experience) adalah segalanya. Banyak layanan perbankan konvensional masih terasa kaku: antrian panjang, proses manual, dan aplikasi yang kurang interaktif. Sementara itu, fintech hadir dengan tampilan yang lebih menarik, gamified, dan memberikan rewards langsung. Tidak heran jika Gen Z merasa dunia keuangan tradisional tidak berbicara dengan bahasa mereka.

Generasi Z bukan generasi yang malas menabung, mereka hanya punya cara berbeda dalam mengelola keuangan. Untuk Gen Z, menabung bisa berarti menyiapkan dana darurat digital, menanam modal dalam usaha sosial, atau menyimpan uang di instrumen fleksibel yang tetap memperhatikan keamanan dan likuiditas. Dunia keuangan dan institusi perbankan harus mampu menata ulang narasi "menabung" agar relevan dengan gaya hidup, nilai, dan harapan mereka. Bila tidak, menabung akan terus dianggap kuno. Bukan karena salah Gen Z, tetapi karena kita gagal menyampaikannya dalam bahasa mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline