Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Mengapa Banyak Startup Gagal?

Diperbarui: 2 Juni 2022   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image-01: Daftar 15 besar PHK yang dilakukan startup sejak Maret 2020 (https://layoffs.fyi/ per 1 Juni 2022)

Dua pekan belakangan ini terjadi gonjang-ganjing dalam dunia investasi Indonesia. Merger Gojek dan Tokopedia, dua startup papan atas Indonesia, menjadi GoTo pada pada 17 Mei 2021 membawa angin segar dan harapan besar bagi banyak investor. Ketika GoTo menjadi perusahaan publik dengan menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), terjadi sambutan luar biasa, para investor berebut untuk mendapatkan bagian saham.

GoTo resmi melantai di bursa pada 11 April 2022 dengan melepas 40,6 miliar saham setara dengan 3,43% dari modal ditempatkan dan disetor penuh di harga Rp 338/unit. Namun hanya dalam hitungan sebulan, kondisi seakan berbalik. Saham GoTo mengalami penurunan yang sangat dalam.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Mei 2022 menempatkan saham GoTo dalam daftar saham yang bergerak di luar kewajaran atau unusual market activity (UMA) dengan alasan terjadi penurunan saham GoTo yang dinilai di luar kewajaran. Dalam 8 hari perdagangan sebelumnya, saham GoTo anjlok berturut-turut hingga menyentuh batas paling bawah dalam sehari sekitar 6% lebih setiap harinya. Artinya saham GoTo selama 7 hari beruntun mengalami Auto Reject Bawah (ARB).

Sebelum gonjang ganjing berita anjloknya saham GoTo, sejumlah startup sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Seperti yang dilakukan oleh beberapa startup ternama di Indonesia yakni: Zenius, LinkAja, Zomato dan terbaru, perusahaan e-commerce JD.ID dikabarkan juga melakukan tindakan yang sama.

Sebelumnya, sejak krisis akibat pandemi Covid-19 tahun 2020, beberapa startup di Indonesia, juga telah melakukan PHK, yakni: Sorabel menutup layanan e-commerce fesyen pada 23 Juli 2020; Gojek memberhentikan 430 orang karyawannya pada 23 Juni 2020 karena merger dengan Tokopedia; Airy Rooms menutup layanannya pada 5 Juli 2020;  Stoqo tutup pada 25April 2020; Akulaku melakukan PHK pada 15 April 2020, dengan jumlah 100 orang; SweetEscape (fotografi travel) memangkas 30% pegawainya pada 15 April 2020; Traveloka melakukan PHK di awal pandemi (3 April 2020 dengan merumahkan 100 orang.

Pandemi Covid-19 jelas meruntuhkan ekonomi di berbagai negara termasuk di Indonesia, dan berdampak terhadap banyak startup yang akhirnya melakukan PHK bahkan tutup.

Kejadian ini menimpa startup selama dua tahun terakhir saat pandemi menyebar di seantero dunia. Laman layoffs.fyi menyediakan laporan startup mana saja yang melakukan pemangkasan jumlah karyawan. Terdapat 669 Startup melakukan PHK kepada 91.706 pekerjanya. Berikut adalah daftar 15 PHK terbesar yang dilakukan oleh startup sejak 11 Maret 2020 hingga 1 Juni 2022. (lihat Image -01)

Mengapa startup gagal?

CB Insights melakukan penelitian kepada 111 post-mortem sejak 2018 dan mengidentifikasi 12 alasan utama kegagalan startup. Kegagalan startup bukan bertumpu pada salah satu alasan, tetapi mencakup beberapa alsan dari 12 alasan kegagalan utama tersebut. (lihat Image-02)

Image-02: Alasan utama kegagalan startup (https://www.cbinsights.com/research/startup-failure-reasons-top/)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline