Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Cerpen | Rina Kembang Hati

Diperbarui: 15 Maret 2018   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran Rina ke dalam duniaku mengubah jalur asmara yang berkelok dipenuhi tanjakan dan berlubang sana-sini, di pinggirnya hadir jurang yang curam. Bersamanya duniaku hijau royo-royo, awan putih berkilauan sedap dipandang mata, burung-burung bernyanyi ria, menghadirkan ketenangan jiwa, meneduhkan. Hari-hari dilalui canda tawa, memenuhi goa hampa yang sunyi dalam relung hati dulu, kini bergaung kebahagian dan kedamaian. Kicauan hati tercurahkan hanya padanya seorang, melupakan wanita-wanita cantik lainnya. Mungkin benar, cara mudah melupakan orang yang disayang yang mengabaikan kita dengan mencarikan penggantinya dengan yang lain.

Sang Ayu yang dulu selalu bercokol di otakku seperti tumor selalu menggerogoti pikiranku, kini seperti kapas di atas kertas, sekali ditiup ia terhempas. 

Aku mempelajari perbintangan Rina, sifat-sifat baik memang pembawaannya, di bawah pengaruh bintang yang membawa keberuntungan. Tak luput ilmu perjodohan aku perhitungkan. Berdasarkan perhitungan dari keseluruhan petung perjodohan, dominan cocok, serasi, saling mencintai. Sungguh dia gadis yang layak kuperjuangkan.

Dengannya hidupku lebih berarti, meski di dunia nyata baru berjumpa, di dunia maya pernah akrab sejak lama.

Sepulang dari dinas sosial Bangli, aku menyambangi indekos Rina, hari ini ia piket malam. Aku tak mengerti, jantungku berdebar-debar saat aku miscall Rina dari depan pintu gerbang kosnya. Tak lama kemudian kulihat Rina keluar dari kamarnya. Aku dipersilakan masuk.

"Kong, kong, kong.. " aku terkesiap mendengar guk-guk  menggong-gong. Untung anjing itu terikat rantai.

"Wee..." ledekku menjulurkan lidah. Dia berusaha menerkamku.

"Jangan dibegitukan, Bli. Nanti dia lepas!"

"Kenapa memelihara anjing, bukankah Islam melarangnya?"

"Seneng aja sih.. anjing juga ciptaan-Nya, dan anjing juga punya hak untuk dikasihi seperti yang lain. Dari segi kesehatan dan juga ajaran Islam, sebenarnya air liurnya saja yang tak boleh mengenai tubuh kita." Ujarnya sambil mempersilahkan aku duduk di sofa depan kamarnya.

"Ternyata sama saja dengan di Hindu. Di Bali hanya orang-orang tertentu yang tak boleh memelihara anjing, seperti Sulinggih: orang suci. Dan bagi orang melik, memiliki kemampuan khusus, tak boleh kena air liurnya, terutama tubuh bagian atas. Bila itu terjadi, misalnya dicium anjing, maka kita akan sakit carub, seperti sakit mata, sulit menelan air ludah, dan lainnya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline