Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Enam Hal yang Membuat Mual Setelah Membaca "Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya"

Diperbarui: 12 April 2021   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Buku Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya (dokumentasi pribadi)

Apakah teman-teman pernah merasa mual (mual tidak sama dengan muak lho yah) dan tidak nyaman ketika membaca sebuah buku?

Buatku, membaca novela Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya memberikan sensasi aneh di perutku. Buku ini adalah karya terbaru dari Puthut EA berkolaborasi dengan Gindring Wasted yang diterbitkan oleh Shira Media.

Coba baca cerpen karya Puthut EA yang berjudul "Ibu Pergi Ke Laut". Dari sekian banyak karya Puthut EA, cerpen itu yang sangat berkesan di hatiku. Cerpen itu menurutku indah. Banget. Pemilihan katanya bagus dan narasinya mengalir. Aku sampai larut dalam tangisan sedih.

Ketika aku membaca buku Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya, aku merasa syok. Buku ini berbeda sekali dengan cerpen "Ibu Pergi Ke Laut". Kuberitahu 6 alasan mengapa aku merasa mual  setelah membaca novel ini.

Alasan pertama, karena bahasa yang digunakan kasar. Kasar banget. Aku nggak tega mau menuliskannya. Nanti kalian baca sendiri saja, yah... Bahkan buku berjudul Sastrawan Salah Pergaulan yang isinya kumpulan cerita lucu-lucuan tidak mengunakan kata-kata sekasar itu, lho...

Setelah aku selesai membaca bukunya, sepertinya aku mengerti mengapa Puthut EA, menggunakan kata-kata yang kasar itu. Menurutku ini sebagai representasi tokoh 'Aku'. Ketika kecil, tokoh 'Aku' dijauhi dan dirundung oleh teman-temannya karena dia tidak hapal perkalian 8 dan 9. Dia juga hanya punya 1 sepatu yang selalu dikenakannya.

Ayah 'Aku' adalah seorang tukang becak yang meninggal ketika mengantarkan istrinya yang hendak melahirkan 'Aku'. Ibunya adalah pembantu rumah tangga yang bekerja di 3 rumah. Dan kedua kakaknya adalah preman. Bisa dibayangkanlah ya seperti apa kata-kata yang biasa dia dengar dan yang bisa keluar dari mulut dia.

Alasan kedua, kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh 'Aku'. Mungkin benar ada orang yang mengalami hal ini. Namun untukku, cerita ini agak ekstrim. Karena ibu Si 'Aku' harus bekerja, Si 'Aku' jadi tidak terurus. Dia sering ditinggal sendirian tanpa makanan. Awalnya, dia pergi ke kebun orang untuk mendapat singkong atau jagung. Setelah kebunnya berubah menjadi rumah, dia makan tikus dan kadal. Can you imagine that?

Ketika SMP, tokoh 'Aku' mendapat uang dengan memasukkan tangan ke celana seorang pegawai kecamatan dan menjilati cairan yang keluar dari situ. Setelah dewasa, seseorang bernama Truwelu melakukan hal serupa padanya. Sumpah. Membacanya saja merinding.

Alasan ketiga adalah imajinasi-imajinasi yang muncul ketika dia marah atau muak terhadap sesuatu. Tokoh aku membayangkan memukuli tubuh teman-teman yang merundungnya, menalinya, menelanjanginya, lalu dihadapkan di atas rel pada tengah siang terik. Kemudian dia membetot ****** dan menghantamnya dengan batu. Itu mengerikan!

Dia juga membuat imajinasi serupa terhadap 3 mantan aktivis yang menurutnya menjijikkan. Emang sih, aku juga kesal membaca kelakuan tiga mantan aktivis itu. Tapi gimana yah...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline