Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Keinginan Membuat Tempat Penampungan Baju Layak Pakai

Diperbarui: 18 Desember 2019   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi baju-baju (sumber: pxhere.com)

"Itu baju dikarungin gitu mau dijual, Teh?" tanyaku pada seorang tetangga yang sedang sibuk di depan rumahnya dengan baju kecil-kecil dan karung.

"Eh, Mbak Meta dari mana?" tanyanya balik. "Ini baju mau saya buang. Besok tukang sampah dateng kan ya?"

Jadi, di komplek rumahku, tukang sampah tidak datang setiap hari. Biasanya sih, mereka datang pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Kalau sedang tidak biasa ya mereka datang di hari yang tidak aku sebutkan. 

Kecuali tanggal merah. Mereka tidak pernah terlihat hidung mobilnya pada tanggal merah meskipun itu hari Senin, Kamis, atau Sabtu.

"Harusnya, sih," jawabku sambil mendekati tetanggaku. "Ini baju-bajunya yakin mau dibuang? Masih bagus-bagus begini?"

"Baju-baju ini udah nggak muat dipakai anak saya, Mbak. Jadinya mau dibuang. Di sini menuh-menuhin tempat. Habisnya mau dipakai siapa lagi? Mau dikasih ke orang juga malu, Mbak. Ini kan baju bekas," ujarnya.

Aku hanya mengangguk-angguk.

Siangnya, ketika aku mengantar paket ke agen ekspedisi pengiriman barang, aku melihat seseorang yang mengorek-ngorek tempat sampah. Dia memilah-milah barang-barang yang ditemukan. Dia memisahkan kardus, botol plastik, dan pakaian.

Aku jadi teringat tetanggaku yang akan membuang pakaiannya tadi. Bukankah lebih enak kalau tetanggaku langsung memberikan baju bekas anaknya pada seseorang yang membutuhkan? Orang-orang yang mengorek sampah ini, misalnya.

Aku mengerti rasa tidak enak hati yang dialami oleh tetanggaku. Ada saja sih, orang yang memang suka usil mengatakan, "ah, dia mah ngasih-ngasih baju bekas. Bajunya yang bahannya nggak bagus lagi."

Tapi ada juga lho, orang yang senang hati diberi baju bekas meskipun bahannya nggak bagus. Ya karena mereka butuh.

Sejak dulu, ibuku selalu menyuruhku mensortir baju secara berkala. Terutama, ketika kenaikan kelas tiba. Saat kenaikan kelas, aku akan dibelikan baju seragam yang baru. Seragam yang lama, aku masukkan dalam kardus bersama dengan pakaian-pakaian yang sudah sempit atau sudah tidak mau aku pakai.

Namun, baju dalam kardus itu tidak dibuang ke tempat sampah. Baju-baju itu ibuku berikan pada orang lain. Mungkin karena rumah ibuku di kampung. 

Kami saling tahu siapa memiliki sifat seperti apa. Jadi, kita bisa memberikan barang pada orang yang tepat, yang memang membutuhkan dan tidak akan nyinyir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline