Lihat ke Halaman Asli

MEIFRID PALENEWEN

Mahasiswa Pasca Sarjana Pastoral Konseling

Dinamika Remaja Kristen Di Nusa Utara

Diperbarui: 8 Juni 2025   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pendahuluan

Remaja merupakan fase kritis dalam perjalanan hidup manusia, ditandai dengan pencarian identitas, kebingungan nilai, dan pengaruh kuat dari lingkungan. Dalam konteks wilayah Nusa Utara---yang meliputi kepulauan di ujung utara Sulawesi seperti Sangihe, Talaud, dan Sitaro---remaja Kristen menghadapi dinamika yang kompleks akibat pengaruh globalisasi, budaya konsumtif, dan perubahan sosial yang cepat.

Fenomena seperti rendahnya partisipasi dalam kegiatan gereja, ketergantungan pada media sosial, hingga minimnya peran pembinaan dari keluarga dan gereja, menjadi tantangan yang serius. Gereja sebagai komunitas iman dipanggil untuk memberikan respons teologis dan pastoral yang kontekstual demi mendampingi generasi muda secara efektif.

Dinamika Sosial dan Spiritualitas Remaja Kristen

Remaja di Nusa Utara tidak terlepas dari realitas sosial global yang ditandai oleh media exposure, budaya konsumerisme, serta krisis nilai yang berdampak langsung pada spiritualitas mereka. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa remaja cenderung menjauh dari institusi keagamaan tradisional dan mencari spiritualitas alternatif yang lebih personal dan tidak terikat aturan formal (Smith & Denton, 2005).

Menurut Erikson (1968), masa remaja adalah fase pencarian identitas (identity vs role confusion). Dalam konteks kekristenan, bila remaja tidak menemukan jati diri dalam komunitas iman, mereka akan mencarinya di luar gereja. Ini diperparah oleh liturgi dan kegiatan gereja yang dirasakan kurang kontekstual dan tidak menyentuh kehidupan mereka sehari-hari.

Selain itu, kurangnya perhatian dari keluarga sebagai basis pembentukan nilai turut memperlemah fondasi spiritual remaja. Di banyak kasus, orang tua menyerahkan sepenuhnya pembinaan iman kepada gereja, padahal peran keluarga sangat vital dalam mendidik iman anak-anak sejak dini (Utriainen, 2013).

Implikasi Teologis

Dinamika ini mengandung dampak teologis yang serius. Jika gereja gagal membina remaja, maka masa depan gereja pun terancam. Remaja adalah generasi penerus yang akan menentukan keberlanjutan gereja di masa depan. Sebagaimana ditegaskan oleh Dietrich Bonhoeffer, "Gereja yang tidak mendidik generasi berikutnya adalah gereja yang sedang bunuh diri secara perlahan."

Teologi harus mampu menjadi suara yang hidup dalam dunia remaja. Bukan hanya bicara di mimbar, tetapi harus menjangkau dunia digital, bahasa populer, dan realitas konkret yang mereka hadapi. Gereja perlu mengembangkan pendekatan inkarnasional, seperti Yesus yang hadir dalam konteks manusia, demikian juga gereja harus "hadir" di tengah pergumulan remaja secara aktif.

Implikasi Pastoral

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline