Lihat ke Halaman Asli

Meidy Y. Tinangon

Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

Purnama, Gerhana dan Bangsa Pilihan

Diperbarui: 26 Mei 2021   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: "Gerhana Bulan" (Nasa via BBC Indonesia by Kompas.com)

Menatap purnama, disaat rembulan putih bulat sempurna. Tiga raja duduk sejajar di tahta suci: sang mentari, sang bumi dan sang bulan. Rasa berdecak kagum. Sunyi, perih dan samsara terbang memeluk rembulan. Anak manusia kidungkan harmoni.

Tapi, purnama malam ini, tak ada putih membalut rembulan. Tak tampak purnama hanya gerhana. Rembulan merona. Raut wajahnya merah darah. Namun tak ada darah yang tertumpah. Blood moon tetaplah cantik. 

Gerhana hari ini, seperti purnama, ketika mentari, bumi dan rembulan duduk sebangku, sejajar dan saling tersenyum di Waisak yang suci. Penumpang bumi sujud sembah, kepada kesempurnaan karya Sang Khalik. 

Lalu engkau, manusia pilihan, apa kabarmu? 

Purnamamu adalah kesombongan dan keangkuhan. Gerhanamu adalah perang di bumi kesucian. Tiada setara, tiada harmoni. Purnamamu bukan putih tapi hitam kelam. Gerhanamu merah berlumur darah sesama.

Bangsa pilihan? 

Kita semua adalah pilihan Sang Khalik ketika napas diberiNya di bumi yang sama, di bawah rembulan dan mentari yang sama. Di purnama dan gerhana yang sama.

Tak hanya engkau!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline