Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Benarkah Regenerasi Petani Hanya Harapan Semata?

Diperbarui: 13 Mei 2019   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyemprot padi dengan pestisida (dok.pri)

Sebagai warga bangsa kita patut berbangga hati dengan julukan atau sebutan negara agraris seperti yang disandang Indonesia. Negara Agraris sendiri memiliki pengertian, negara yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup (berprofesi) sebagai petani. Sedangkan pertanian dalam arti luas bukan terbatas pada bercocok tanam saja melainkan mencakup bidang perikanan juga kehutanan.

Kilas balik zaman keemasan 

Sebutan sebagai negara agraris memang pantas dan itu tidak berlebihan karena Indonesia sempat berswasembada pangan, yakni pada sekitar tahun 1984. Sungguh sebuah prestasi yang sangat gemilang demi prestise (harga diri) bangsa. Kala itu mantan presiden Suharto berkesempatan berpidato di forum internasional, FAO (Food and Agricultural Organization) dan mengumumkan pada dunia bahwa Indonesia berkecukupan pangan bahkan sanggup mengekspor bahan pangan untuk negara lain.

Lalu apa kiat-kiat atau metode yang diterapkan oleh Pak Harto sebagai pemimpin rezim kala itu. Usia saya masih belasan tahun ketika itu. Namun yang saya tangkap bahwa masyarakat (tani) gencar sekali mendaya gunakan etos kerja bertani. Seolah tak ada profesi lain yang paling mulia selain bertani. Pak Harto sendiri mengaku kalau beliau juga anak seorang petani yang kemudian tumbuh dan berkembang lalu menjadi pemimpin besar negara. Beliau sangat kental dengan dunia pertanian dan dekat sekali dengan rakyat petani.

Dalam banyak kesempatan melakukan kunjungan ke berbagai pelosok tanah air, Pak Harto selalu tampil bukan hanya sebagai pemimpin negara melainkan juga sebagai penyuluh rakyat yang mengerti betul soal apa itu intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian.

Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) benar-benar menjadi media yang berperan penting dalam menyiarkan jejak langkah Pak Harto dalam memajukan dunia pertanian Indonesia. Pokoknya, gaung upaya memajukan pertanian di Indonesia nyata-nyata terdengar sampai ke telinga anak-anak tak terkecuali saya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Saya masih ingat betul, waktu masih  kelas tiga atau empat SD, guru kami selalu memberikan tugas untuk membuat catatan (ringkasan) tentang tayangan TVRI yang bertajuk Daerah Membangun. Semua siswa diminta menyaksikan acara TV, Daerah Membangun dan keesokan harinya harus mengumpulkan resume tentang tayangan itu. Acara TV Daerah Membangun kerap kali menampilkan profil daerah di berbagai penjuru nusantara yang sedang melakukan pembenahan (pembangunan) berbagai proyek infrastruktur tak terkecuali di sektor pertanian.

Entah siapa yang pertama kali menciptakan singkatan "Kelompencapir" (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan) yang pasti masa-masa itu istilah gaung Kelompencapir begitu menggema dan akrab sekali di telinga kita. Kelompencapir merupakan organisasi petani di pedesaan yang dibentuk untuk menyerap berbagai aspirasi para petani dan demi kepentingan memajukan dunia pertanian itu sendiri.

Selain acara TVRI bertajuk Daerah Membangun, belakangan muncul acara lainnya yang isinya menggaungkan berbagai potensi pedesaan dan kemajuan pertanian di Indonesia yaitu Dari Desa ke Desa dan Kabar dari Desa.

Satu lagi yang masih segar di ingatan saya, kala itu Pak Harto selalu memberikan penghargaan kepada desa-desa mana saja yang sangat maju pertaniannya, terutama tentang bercocok tanam padi. Dampaknya memang luar biasa sekali, hal itu memotivasi para petani di berbagai daerah di tanah air untuk saling berlomba meningkatkan produktivitas pertaniannya. Mereka ingin desanya bagus dan maju pertaniannya serta kelak akan memperoleh penghargaan dari Pak Harto.

Masihkah berswasembada pangan? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline