Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Terkikisnya Kesopanan pada Gen Z, Kenapa?

Diperbarui: 29 Maret 2024   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smartphone dan nilai kesopanan pada Gen Z | Ilustrasi Freepik.com

Generasi Z atau sering disebut Gen Z adalah mereka yang lahir pada rentan tahun 1997 - 2012. Pada fase ini, transisi teknologi dari analog ke digital mulai menembus batas maksimal.

Pada era analog, arus informasi masih sangat terbatas. Penggunaan buku sebagai sumber bacaan masih mendominasi perputaran informasi. Generasi X dan Y termasuk di dalam generasi yang bertumpu pada bacaan sebagai sumber ilmu. 

Berbeda dengan Gen Z yang lahir ketika teknologi kian dipacu. Penggunaan komputer, smartphone dan gadget mulai mendominasi keluarga. Pola asuh dengan sendirinya berubah mengikuti arus informasi yang juga meluas. 

***

Tulisan ini hanya sebagai refleksi melihat perilaku dan kesopanan pada Gen Z. Kebetulan saat ini saya dipercaya mengasuh dua remaja sekolah yang berstatus Gen Z. Keduanya masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) pada institusi berbeda.

Untuk bijak beropini dan tidak ingin terdengar tendensius, maka saya memakai beberapa indikator yang saya anggap cukup mewakili beberapa poin terkikisnya nilai kesopanan pada Gen Z.

Dua siswa yang saya asuh ini kebetulan berasal dari latar belakang orang tua cukup mapan. Satu terdaftar di sekolah terbaik dengan iuran SPP 3 jutaan/bulan dan biaya masuk sekolah 25 juta.

Sementara satunya lagi terdaftar di sekolah publik. Namun, siswa yang satu ini memiliki motor seharga 30 jutaan. Jadi, secara ekonomi cukup mapan. Bolehlah saya katagorikan keduanya masuk ke golongan middle class families. 

Pola Asuh Orang Tua

Dari pengamatan saya, kedua siswa ini memiliki pola asuh berbeda. Yang satu mempunyai tipikal orang tua sangat memperdulikan pendidikan anak, sehingga mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk kelas privat dianggap kebutuhan primer.

Uniknya, siswa saya yang kedua tidak terlalu diporsir oleh orang tua. Dia terlihat fleksibel, walaupun sebenarnya diarahkan untuk mendapatkan pekerjaan bagus setelah menyelesaikan SMA.

Kedua siswa ini terlahir dari dua keluarga berbeda. Secara pengasuhan, mereka besar dengan gaya asuh berbeda, sehingga kepribadian mereka juga jauh berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline