Lihat ke Halaman Asli

David Efendi

Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

Aksi Bela Warung Tetangga

Diperbarui: 13 Desember 2016   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dear saudaraku semua,

Setahun lebih terlibat dalam kampanye membela waroeng tetangga, membela keadilan, dengan harapan:

Negara hadir memproteksi yang lemah
Membatasi banalitas yang kuat perkasa

Pasar modern berjejaring adalah raksasa
Tanpa negara, tak mungkin pemilik waroeng tetangga, penjual eceran, keliling, dapat bersaing. Tanpa negara, pembantaian itu terus semakin mengejam adanya melalui dominasi ekonomi. Lihat lah, pasar rakyat yang makin terhimpit, tokoh kelontong tutup, waroeng tetangga "menunggu" belas kasih tetangganya.

Ironisnya, pelanggaran oleh toko modern tak sedikitpun berkurang. Bukan hanya monopoli tapi juga merampas jalan, merampas waktu 24 jam untuk mengeruk uang. Mereka juga menghina perda, menghina pemerintah dengan acuh terhadap hukum dan aturan. Mereka kebal dan hobi menista hukum.

Kita tidak memusuhi kehidupan
Bahkan kami sangat mencintai

Tapi, apa guna pemerintahan kalau tak memberi perlindungan
Apa guna bupati kalau biarkan rakyat mati dilibas yang perkasa: toko modern.

Entah, kepada siapa kita akan bersandar harap
Tapi bisalah kita nyalakan lilin harapan baru
Untuk menahan serbuan pembantaian ekonomi rakyat oleh kaum bermodal besar

Saatnya kembali berteriak, membela waroeng tetangga milik tetangga kita sendiri.

Tetanggaku adalah keluargaku

kebahagiannya adalah kebahagianku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline