Lihat ke Halaman Asli

Agung Santoso

Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Bagaimana Orang-Orang Memahami Hujan?

Diperbarui: 31 Januari 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.pexels.com/Victor Miyata 

"Sebagian orang merasakan hujan. Lainnya hanya merasakan basah." - Bob Marley

Beberapa hari ini kota Surabaya diguyur hujan deras; penjual jas hujan, warkop, giras, warmindo, dan sektor usaha yang mendapatkan berkah hujan full senyum menyambutnya. 

Cok,... Jancok,... Udan maneh,... umpat karyawan lapangan yang harus kejar target akhir bulan yang terhambat hujan. Kedua peristiwa ini merupakan bagian-bagian menarik yang terkandung dalam sebuah kalimat, "Hujan di Kota Surabaya."

Budaya memanggil Hujan

Kita mulai dengan mengulik mitologi Yunani yang mempercayai bahwa Hujan merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh Dewa Zeus. 

Orang Yunani meyakini jika untuk terjadi hujan, Dewa Zeus di Olympus harus menggunakan petirnya untuk menjebol awan agar air turun dan memberikan kehidupan bagi tanaman dan manusia. 

Sebab inilah dewa Zeus disembah.

Kemudian ada bangsa Aztec, yang memiliki keyakinan jika ingin memanggil hujan maka harus mengorbankan nyawa anak-anak untuk dipersembahkan kepada dewa Tlaloc, jika dewa senang maka diyakini akan menurunkan hujan.

Budaya menolak Hujan

Temuan menarik perihal upaya manusia menolak hujan menjadi peristiwa unik yang juga patut untuk kita ketahui. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline