Lihat ke Halaman Asli

Margaretha

A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Kecanduan dan Relasi Sosial

Diperbarui: 4 Mei 2020   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.mandatory.com/fun/1139765-florida-mans-pants-fall-off-stealing-tvs-police-eventually-find-crack-pipe-ass

Dalam masa krisis ini, salah satu persoalan mental yang ditemukan meningkat adalah kecanduan. Dari kecanduan zat, seperti: narkotika, obat-obatan dan zat adiktif lainnya, hingga kecanduan non-zat, seperti ketergantungan game online, judi, pornografi dan smartphones. Berbagai penelitian menemukan bahwa kecanduan terjadi bukan sekedar faktor biologis, tapi juga pengaruh lingkungan, yaitu: kurangnya relasi sosial

Manusia yang menjadi pecandu ditemukan sebagai orang-orang yang mengalami kekurangan atau ketidakmampuan untuk membangun relasi sosial yang bahagia dan sehat dengan orang-orang di lingkungannya.

Jika masyarakat meneriakkan perang terhadap kecanduan ("say no to drugs!"), dan pecandu dianggap sebagai kriminal yang harus diasingkan serta mendapatkan hukuman agar jera ("lingkungan ini tidak menerima pecandu!"), maka apakah sudah tepat penanganan masalah kecanduan yang kita lakukan selama ini?

Tulisan ini akan menguraikan bagaimana pendekatan rehabilitasi sosial justru perlu dilakukan untuk menangani akar masalah kecanduan. 

Mengapa kecanduan? 

Pandangan yang banyak beredar di masyarakat mengilustrasikan bahwa penggunaan berulang zat adiktif akan menyebabkan seseorang menjadi pecandu.

Kecanduan terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap penggunaan berulang zat adiktif. Akibatnya, tubuh menginginkan zat adiktif terus-menerus, keinginan mengkonsumsi zat pun meningkat baik secara fisik dan psikis; lalu manusia menjadi pecandu. 

Namun, berbagai penelitian menemukan kecanduan tidak terjadi sesederhana itu. Ribuan pasien di Rumah Sakit setiap harinya menggunakan diamorphine (merupakan morphine murni untuk kepentingan medis), sebagai bagian regimen obat dalam penanganan luka kecelakaan; tapi tidak menjadi pecandu. Pada manusia, hal ini juga pernah ditemukan di Perang Vietnam.

Saat itu, sekitar 20% prajurit Amerika Serikat menggunakan heroin, namun pada akhir perang sekitar 95% dari tentara pengkonsumsi heroin berhenti begitu saja tanpa menjadi pecandu ketika pulang ke rumahnya.

Hal ini menunjukkan bahwa ada hal lain dari sekedar penggunaan zat adiktif berulang, yang menentukan mengapa seseorang menjadi pecandu (Hari, 2015). 

Penelitian yang dilakukan oleh Bruce Alexander pada tahun 1980an menemukan penjelasan mengenai hal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline