"Dari Meme ke Aksi: Cara Baru Anak Muda Memahami Keadilan Sosial"
Kesadaran sosial dan isu kesenjangan sedang naik di kalangan anak muda, khususnya Gen Z di kota besar seperti Jakarta. Jika dulu topik seperti ketimpangan ekonomi, biaya hidup tinggi, atau ketidakadilan sosial hanya dibahas di forum politik atau akademik, kini Gen Z membawanya ke ruang hiburan lewat meme, parodi, dan humor sarkastik Meme, TikTok, dan diskusi daring. Bagi banyak anak muda di Jakarta, sudah banyak yang menyadari bahwa ketimpangan sosial bukan cuma angka statistik, tapi pengalaman hidup sehari-hari.
Di Jakarta, ketimpangan sosial bukan hal abstrak. Ia terlihat setiap hari --- antara gedung pencakar langit dan deretan kontrakan sempit, antara kopi seharga Rp50 ribu dan upah magang yang belum cair. Generasi Z yang tumbuh di tengah kontras ini tidak hanya menjadi penonton. Mereka menjadikannya bahan cerita, bahan humor, dan bahkan bahan refleksi sosial.Isu sosial kini hadir lewat meme, TikTok, dan diskusi daring.
Lewat media sosial, pengalaman hidup yang dulu mungkin terasa "malu" untuk dibicarakan kini menjadi bagian dari identitas digital. Meme tentang harga kos, video parodi tentang gaji minim, atau sindiran soal "kerja rodi demi healing" menjadi cara baru untuk menertawakan realitas sekaligus mengkritiknya. Generasi muda bukan hanya konsumen informasi, tetapi juga produsen narasi sosial baru.
Media Sosial Sebagai Panggung Baru
Bagi Gen Z, timeline adalah ruang publik. Di sanalah mereka mengekspresikan keresahan, berbagi pengalaman, dan membangun kesadaran kolektif. Isu-isu seperti mahalnya harga rumah, gaji rendah, atau kesenjangan pendidikan sering muncul dalam bentuk thread lucu atau video skit.Misalnya, unggahan viral tentang "realita kerja kantoran" yang penuh lembur tapi gaji pas-pasan bukan hanya mengundang tawa, tapi juga membuka mata banyak orang tentang kondisi kerja yang tidak seimbang.
Alih-alih marah, banyak anak muda memilih untuk menertawakan keadaan. Humor menjadi bentuk protes lunak terhadap ketidakadilan. Meme dan sindiran sosial membuat topik yang berat jadi mudah dicerna.Seperti kata salah satu kreator konten di TikTok:
"Kadang cuma bisa ketawa, soalnya kalau dipikir serius malah pusing."
Namun di balik tawa itu, tersimpan kesadaran bahwa sistem sosial dan ekonomi memang belum berpihak pada banyak orang muda.
Humor sebagai Bahasa protes baru
Humor telah menjadi bentuk protes halus, dan media sosial adalah arena baru bagi kesadaran sosial.Meme tentang "harga kos di Jakarta yang lebih mahal dari gaji entry level".Video TikTok dengan nada satir tentang "kerja rodi demi kopi 40 ribu". 'KaburAjaDulu " muncul sebagai bentuk ekspresi frustrasi yang ringan tapi tajam. Hal ini merupakan fenomena protes sosial.