Lihat ke Halaman Asli

Mahbub Setiawan

TERVERIFIKASI

Bukan siapa-siapa

Melepaskan Kuasa dari Subjek Manusia

Diperbarui: 30 Januari 2021   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.powercube.net

Saya bukan seorang ahli dalam filsafat Foucault. Saya hanya sedikit memiliki rasa ketertarikan terhadap pemikirannya yang berbeda dibanding para pemikir sezamannya. 

Salah satu pemikirannya yang membuat saya tertarik adalah mengenai "kuasa" atau "power". Tentu saja tema mengenai kuasa ini bagi beberapa orang mungkin menjadi hal yang sudah basi. Karena sudah sangat banyak tulisan atau riset yang menggunakan pendekatan kuasa ini.

Ada satu penggalan kalimat yang dia ucapkan berkaitan dengan kuasa ini yang menurut saya layak direnungkan dan dipahami dari perspektif moral. 

Foucault berkata: "Power is everywhere, diffused and embodied in discourse, knowledge and regimes of truth". Jika diterjemahkan secara bebas mungkin berbunyi begini: Kuasa ada di mana-mana, tersebar, diwujudkan dalam wacana, pengetahuan dan rezim kebenaran.

Mari kita fokus saja dalam penggalan kalimat tersebut untuk mendekatinya dari perspektif moral. Menurutnya, kuasa itu ada di mana-mana. Apa maksudnya kuasa ada di mana-mana? 

Bukankah kuasa itu biasanya ada di tangan "penguasa" yang memiliki kekuatan dan sumber daya; baik itu sumber daya politik, ekonomi, atau ilmu pengetahuan.

Ya, demikianlah pemahaman kebanyakan bahwa kuasa itu milik segelintir orang atau subjek. Misalnya kuasa milik presiden, kuasa milik pejabat, kuasa milik orang kaya, kuasa milik mandor, kuasa milik orang yang kuat, kuasa milik orang populer atau kuasa milik para ilmuwan. 

Karena biasanya, hanya merekalah yang mampu menggerakkan orang atas nama kekuasaan yang dimilikinya.

Menurut Foucault, pemahaman kuasa yang demikian, biasanya cenderung represif dan mendominasi atas nama subjek pemilik kuasa tersebut. Inilah yang sering kita saksikan di dalam kehidupan sehari-hari. 

Atas nama kekuasaan yang berdasarkan pada macam-macam kepemilikan di atas, orang mengintimidasi, menindas atau mengendalikan orang lainnya yang tidak memiliki kuasa yang demikian, walaupun tidak semua pemilik kuasa demikian.

Dari pemahaman kuasa demikian juga biasanya, sikap arogan dan "petantang-petenteng" muncul. Orang yang memiliki kuasa berbasis pada konsep kuasa subjek terpusat ini biasanya merasa diri paling hebat; hebat karena jabatannya, hebat karena hartanya atau hebat karena pengetahuan dan ilmunya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline