Lihat ke Halaman Asli

Madinatul Munawwaroh

Ahli gizi yang menulis

Pemenuhan Gizi Mahasiswa dengan Nasi Instan Paket Komplet

Diperbarui: 30 Agustus 2018   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (Thinkstock Photo)

Teknologi yang terus berkembang, kebutuhan manusia yang semakin meningkat, dan waktu yang sepertinya semakin bertambah cepat, mau tak mau membuat para pekerja industri berlomba-lomba membuat produk yang mudah digunakan dalam sekejap. Hal ini juga berlaku pada industri pangan, saat ini pangan instan semakin digemari karena kemudahan dalam memasak dan harganya yang terjangkau untuk kantong pembeli.

Ada banyak produk pangan instan yang beredar di pasaran, di antaranya sereal, kopi, mi, dan nasi. Produk-produk ini kebanyakan dibeli oleh mereka yang memiliki waktu terbatas hanya untuk sekedar makan, seperti pekerja kantoran, ibu rumah tangga yang juga bekerja, serta mahasiswa.

Mahasiswa yang jauh dari orangtua, dengan keuangan terbatas setiap bulannya, memaksa mereka untuk memutar otak, bagaimana caranya bisa makan kenyang dengan uang pas-pasan. 

Pangan instan adalah solusi bagi masalah para mahasiswa ini, dan yang paling digemari tentu saja mi instan, mereka menganggap mi instan adalah satu-satunya pilihan karena harganya bisa dibilang murah dan tak perlu waktu lama dalam pengolahan, mi instan adalah sahabat sekaligus penyelamat bagi mahasiswa.

"Yang penting kenyang" adalah prinsip para mahasiswa, mereka bahkan tak peduli jika mereka harus mengonsumsi mi instan lebih dari tiga kali dalam seminggu. Sayangnya, para mahasiswa ini kadang tidak tahu, atau tidak mau tahu bahwasannya keberagaman dalam konsumsi makanan perlu juga diperhatikan.

Banyak mahasiswa yang tidak tahu (atau tidak mau tahu), bahwa mengonsumsi nasi, lauk nabati, lauk hewani, sayur, dan buah-buahan juga sangat perlu untuk menunjang aktivitas mereka dalam sibuknya dunia perkuliahan.

Para mahasiswa ini akan beralasan bahwa tidak ada waktu untuk membeli makanan dengan porsi lengkap seperti itu, dan mahalnya komoditas pangan non-instan juga merupakan alasan utama para mahasiswa lebih memilih mengonsumsi mi instan.

Padahal, jika melihat lebih jauh, ada pula pangan instan lain yang mudah dan cepat dalam pemasakannya, sebut saja nasi instan, sayangnya, mahasiswa akan selalu menemukan alasan. Nasi instan belum banyak ditemui di pasaran, harganya juga relatif mahal untuk kantong mahasiswa. Maka, kembalilah para mahasiswa ini pada cinta pertamanya: mi instan.

Kontroversi Mi Instan

Saat ini, mi instan tengah (dan sepertinya akan terus) digemari oleh semua kalangan, baik itu anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Rasanya yang lezat dan praktis serta cepat dalam pemasakan membuat mi instan ada di jajaran atas dalam penjualan makanan, bahkan dalam Kompas.com pada Sabtu, 27 April 2013 dikatakan bahwa Asosiasi Mi Instan Dunia di Jepang merilis daftar negara konsumen mi instan terbesar di dunia dan Indonesia berada di peringkat kedua. 

Hal ini membuktikan bahwa hingga sekarang, masyarakat masih sangat menerima mi instan sebagai budaya pangan baru. Namun, sampai saat ini banyak terdapat berita simpang-siur tentang bahaya mengonsumsi mi instan dikarenakan kandungan bahan pengawet dan sintetik yang ada di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline