Lihat ke Halaman Asli

Maarif SN

Setia Mendidik Generasi Bangsa

"Sugar Coating" Cara Saya Menutupi Kekurangan

Diperbarui: 3 Oktober 2025   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sugar Coating yang secara harfiah dapat disamakan dengan perilaku bermanis muka, adalah salah satu perilaku  yang dianggap negatif di tempat kerja, atau di manapun dalam konteks hubungan sosial. Tak terkecuali di sekolah, baik itu di Ruang Guru, Ruang Tata Usaha, maupun Ruang Kelas, perilaku itu hampir pasti ada. 

Langsung saja, saya merasakannya, bahwa dalam beberapa kesempatan beraudiensi dengan atasan dan rekan kerja, saya  melakukannya. Bukan tanpa alasan, karena memang hal itu dibutuhkan saat itu, sebagai bentuk tanggung jawab secara lisan atas apa yang telah menjadi kewajiban namun belum terlaksana sesuai harapan atau target yang ditetapkan. 

Terlepas dari benar dan tidaknya tindakan sugar coating itu, Saya hanya tidak ingin berkelit dengan berbagai alasan. Faktor penyebab kegagalan melaksanakan tanggung jawab yang ada di luar kendali kita adalah kondisi terbaik untuk menjadikannya sebagai lapisan gula di wajah kita. Itu adalah cara halus kita untuk menutupi kekurangan atau ketidakmampuan kita dalam mengatasi kendala yang muncul. 

Ketika kita mengutarakannya, respon audiens pasti akan beragam, dan kita tidak bisa mendikte agar mereka percaya dengan uraian yang disampaikan, kita hanya bisa menggiring opini sesuai yang kita harapkan, meskipun sekali lagi, hasil akhirnya tidak bisa kita pastikan. Mungkin ada yang sepakat, ada yang skeptis dan ada yang sama sekali tidak bisa percaya dan menerimanya. 

Sebagai orang yang pernah sekolah, kita pasti ingat perilaku guru-guru kita saat di dalam kelas, dan juga perilaku teman-teman sekelas. Kita sekarang bisa mengingat bahwa di antara mereka ada yang pernah, sering, selalu, dan ada yang hanya kadang-kadang atau sesekali melakukannya. 

"Anak-anak, karena hari ini Bapak dan Ibu Guru ada kepentingan mendadak, maka kalian dipersilakan belajar di rumah". alih-alih mengatakan bahwa hari itu sekolah diliburkan, guru lebih memilih diksi "belajar di rumah", tidakkah itu sebuah coating agar tidak menyalahi aturan. Benar salahnya wallahu'alam

Begitulah, sekilas sugar coating versi guru di sekolah. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline