Jum'at pagi, 15 Agustus 2025, udara Desa Gedangan terasa sejuk dan tenang. Sekitar pukul sembilan, rombongan Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia bersama Pemerintah Desa Gedangan mulai berkumpul untuk melaksanakan agenda ziarah makam Bedah Krawang Desa. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan kemerdekaan yang tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga sarat makna spiritual.
Tidak seperti kegiatan terbuka yang mengundang partisipasi warga secara luas, ziarah kali ini memang diperuntukkan bagi unsur panitia dan perangkat desa. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekhusyukan suasana dan memusatkan kegiatan pada tujuan utamanya, yakni penghormatan kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa bagi Desa Gedangan.
Do'a Bersama
Dua makam yang menjadi tujuan utama adalah makam Mbah Eyang Wanar W. Permono dan makam Mbah Eyang Djawoel. Keduanya memiliki tempat khusus dalam sejarah desa. Mbah Eyang Wanar W. Permono dikenal sebagai sosok yang memberikan kontribusi penting dalam pembentukan kehidupan sosial di Gedangan, sementara Mbah Eyang Djawoel dikenang sebagai tokoh karismatik yang membawa pengaruh positif bagi masyarakat pada masanya.
Rombongan berangkat dengan tertib menuju lokasi pertama, yakni makam Mbah Eyang Wanar W. Permono. Setibanya di sana, acara diawali dengan prosesi tabur bunga yang dilakukan oleh Kepala Desa Gedangan. Gerakan yang sederhana namun penuh makna ini menjadi simbol penghormatan kepada sosok yang dimakamkan. Bunga-bunga segar yang ditebar di atas pusara menebarkan aroma harum, seolah menjadi pengiring doa yang akan dipanjatkan.
Do'a Bersama di Makam Eyang Djawoel
Setelah prosesi tabur bunga, acara dilanjutkan dengan tahlil dan dzikir bersama. Pimpinan tahlil dipercayakan kepada salah satu Koordinator Panitia HUT RI, Ustadz Hariri. Suaranya yang tenang namun lantang memandu setiap bacaan, diikuti oleh seluruh peserta ziarah dengan khusyuk. Lantunan kalimat-kalimat suci yang keluar dari lisan para peserta menciptakan suasana yang penuh kekhidmatan. Dalam momen ini, setiap orang larut dalam doa, memohon ampunan bagi almarhum dan keberkahan bagi desa yang ditinggalkan.
Tahlil dan dzikir kemudian diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin oleh Ustadz Dadang, atau yang akrab disapa Gus Dadang. Doa dipanjatkan dengan penuh penghayatan, memohon kepada Allah agar arwah para leluhur diterima di sisi-Nya, diampuni segala khilafnya, dan dilapangkan kuburnya. Selain itu, beliau juga memohon agar masyarakat Desa Gedangan diberikan keselamatan, kesehatan, dan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan membangun desa.
Selesai acara di makam pertama, rombongan bergerak menuju makam kedua, yaitu makam Mbah Eyang Djawoel. Urutan acara yang dilakukan sama seperti sebelumnya. Kepala Desa kembali memimpin prosesi tabur bunga, dilanjutkan tahlil dan dzikir bersama yang dipimpin oleh Ustadz Hariri, lalu ditutup dengan doa oleh Gus Dadang.
Menyempatkan Ziarah di Salah Satu Makam Tokoh Desa Gedangan, Alm. Ust. Shodiq (Dok. Lutfillah Ulin Nuha)