Nabung Emas, Nabung Amal: Transformasi Finansial Menuju Sosial
Oleh: Julianda Boang Manalu
Ritme hidup modern seringkali membuat manusia terjebak dalam dua paradigma, yaitu, menabung untuk diri sendiri dan "menabung" kebaikan---bagi orang lain, lingkungan, atau masyarakat luas.
Memang, jarang kita hubungkan antara emas, sebuah simbol investasi dan keamanan finansial, dengan kebaikan sosial.
Namun lewat gerakan #mengEMASkanIndonesia, Pegadaian membuka perspektif baru, yaitu dengan menyatukan keduanya, sehingga menabung emas bukan hanya soal keuntungan, melainkan soal kontribusi terhadap masa depan bersama.
Selama ini, menganggarkan sebagian pendapatan untuk emas identik dengan strategi jangka panjang---untuk dana pendidikan, dana pensiun, atau proteksi inflasi.
Emas sering dipandang sebagai harta plastik, kaku, dan jauh dari hal-hal sentimental.
Tapi, coba kita bayangkan jika setiap gram emas Anda---secuil tabungan bulanan atau sekilogram pada momentum tertentu---ditautkan dengan wujud konkret, misalnya mendukung pelatihan UMKM, memberikan beasiswa, atau memperbaiki fasilitas sekolah.
Di sinilah emas bertransformasi menjadi bukan hanya logam mulia, tapi logam kebaikan. Emas berubah dari aset belaka menjadi sarana bagi perubahan sosial.
Strategi Pegadaian melalui program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) memberi landasan kuat.
Mereka menyasar berbagai lini---mulai dari literasi keuangan, pelatihan GadePreneur bagi pengusaha mikro, menyokong energi terbarukan, hingga menghidupkan kembali sekolah-sekolah di daerah terpencil.