Media sosial menjadi wadah bagi kebanyakan orang untuk menunjukkan diri mereka di muka publik. Tak jarang, di antara mereka ada yang memperlihatkan pencapaian seperti beli mobil baru, naik jabatan, menang lomba, atau nikah muda. Semua itu diunggah dengan caption motivasi, ucapan syukur, atau testimoni perjuangan. Fenomena ini dikenal dengan istilah achievement show-off yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "pamer pencapaian."
Sebagian dari kita mungkin akan merasa termotivasi dan belajar dari kisah-kisah itu. Tapi tidak sedikit juga yang justru merasa tidak aman, bahkan sampai berpikir bahwa mereka telah tertinggal jauh dari orang lain. Padahal, niat dari si pembagi cerita bisa saja tulus. Namun efeknya ke audiens? Beragam.
Sebenernya, apa sih dampak dari fenomena achievement show-off ini ke audiens?
Kalau kita amati, ada dampak positif dan negatif yang muncul---semua tergantung dari perspektif dan kondisi si individu itu sendiri. Achievement show-off bisa jadi pemantik motivasi, tapi bisa juga jadi sumber tekanan.
Achievement show-off sebagai pemantik motivasi.
Bagi jiwa yang sedang ingin berkembang, konten pencapaian dan testimoni perjuangan bisa jadi makanan lezat yang membakar semangat. Mereka melihat jejak langkah orang lain dan berharap bisa menapak jalan yang sama. Konten semacam ini bahkan sering dicari dengan sengaja, dan si content creator-nya dijadikan sumber inspirasi. Perjuangannya jadi motivasi.
Achievement show-off sebagai sumber tekanan.
Tapi beda cerita bagi jiwa yang sedang tidak baik-baik saja---entah karena belum sadar potensi diri, sedang stuck di titik tertentu, atau sedang dalam masa pencarian. Pencapaian orang lain bisa terasa menyentil ego, memunculkan rasa tidak aman, lalu berubah jadi tekanan. Ini yang bisa memicu perbandingan sosial yang gak sehat: merasa kecil karena pencapaian sendiri terlihat 'biasa saja' dibanding milik orang lain. Dalam kondisi seperti ini, belajar untuk menghargai diri sendiri (self-awareness) dan berhenti membandingkan menjadi kunci penting menjaga kewarasan mental.
Setiap orang punya perspektif yang berbeda-beda, tergantung dengan apa yang sedang mereka rasakan. Mengelola self-awareness menjadi penting di era sekarang, di mana hal-hal yang terlihat sepele ternyata bisa sangat berpengaruh ke kesehatan mental.
Jadi, kamu tim yang termotivasi atau justru tertekan setiap lihat pencapaian orang lain di media sosial?