Lihat ke Halaman Asli

Zero Expectations, Biar Tidak Kecewa Terus

Diperbarui: 22 Februari 2024   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setelah kemarin menggalaui diri saya sendiri karena sulitnya menjadi orang sabar, hari ini saya merenung lagi.

Bisa enggak sih jadi manusia dengan zero expectations? Alias 0 harapan. Nggak gampang berharap, jadi nggak gampang kecewa juga.

Ini karena saya tuh mudah sekali berharap, dalam hal sekecil apapun. Kemudian, saat suatu hal nggak berjalan seperti harapan saya, saya kecewa sendiri.

Bukan, ini bukan salah orang lain, tapi saya kecewa karena harapan yang saya khayalkan sendiri di dalam pikiran saya. Aduh, lebay, ya? Maaf, maaf.

Tapi....

Menurut saya, namanya manusia pasti tidak bisa lepas dari harapan atau angan-angan.

Dalam tiap peristiwa hidupnya, saya pikir pasti manusia punya rencana ideal menurut versinya, bagaimana harusnya sesuatu terjadi.

Tapi kalau kasusnya jadi sering kecewa macam saya, sepertinya itu sudah agak menjadi masalah.

Saya coba baca-baca tentang zero expectations ini, tentang bisa enggaknya menurunkan kadar angan-angan ini supaya saya enggak terlalu sensitif gitu, lho jadi orang.

1. Berekspektasi membuat rentan

Dari artikel di garyvaynerchuk.com yang saya baca, katanya ekspektasi atau harapan tuh bikin rentan. Rentan kecewa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline