Lihat ke Halaman Asli

Kepahlawanan di Era Milenial

Diperbarui: 18 Februari 2021   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dari decoratex.biz

Mahasiswa Unisnu Jepara

Belakangan ramai ini sedang dibicarakan soal video mirip artis. Sebelumnya, ramai diperbincangkan soal pelaku pembakaran halte busway ketika unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja. Jauh sebelum itu, juga ramai diperbincangkan tentang pelaku pengeboman. Contoh-contoh tadi memang saling berbeda. Dari beberapa fenomena tersebut. Yang sama adalah rentang usia pelaku rata-rata hampir sama. Mereka masih muda. Mereka pada dasarnya adalah generasi penerus, yang semestinya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya buat lingkungannya, atau setidaknya buat dirinya sendiri.

Dalam prakteknya, generasi muda memang seringkali ingin mencoba hal yang baru. Dalam proses pencarian jati dirinya, seringkali melawan arus. Melakukan hal-hal yang ekstrim. Namun semuanya itu pada dasarnya masih bisa diarahkan untuk tujuan yang baik. Untuk kepentingan yang lebih bermanfaat bagi banyak pihak. Dan untuk bisa mengarahkan ke tujuan yang lebih baik, mulai ditanamkan rasa kepahlawanan sejak dari dalam pikiran. Kenapa? Karena seorang pahlawan pada dasarnya selalu melakukan perbuatan baik.

Nah, apakah generasi di era milenial ini mau dan mampu menjadi pahlawanan? Tentu saja iya. Tergantung ingin melakukan atau tidak . Tinggal ingin mengendalikan segala egonya atau tidak. Seringkali karena ego yang tinggi itu, membuat banyak anak muda memilih melawan arus. Memilih melampiaskan segala keinginannya, demi memenuhi segala keinginan egonya. Memelihara kebencian berpotensi akan melahirkan kebencian baru. Dan kebencian yang tidak terkontrol, akan mendekatkan diri pada perbuatan yang tidak baik.

Seiring perkembangan zaman, setiap kondisi pasti akan melahirkan sosok pahlawan-pahlawan baru. Mungkin kita tahu nama-nama pahlawan yang tercatat dalam sejarah, karena telah berjasa bagi negeri ini. Dari Aceh hingga Papua mempunyai pahlawan-pahlawan lokal. Sebut saja seperti Soekarno, Hatta, jauh sebelum itu ada Cut Nyak Dhien, Diponegoro dan masih banyak lagi. Di era reformasi, tentu juga ada pahlawan reformasi. Dan di era milenial ini, tentu juga banyak nama-nama pahlawan yang muncul.

Lalu, maukah diri kita menjadi pahlawan? Setidaknya untuk orang terdekat atau keluarga. Apakah kita ingin berperilaku baik di lingkungan masyarakat? Atau sebaliknya hanya bisa mengotori di dalam masyarakat?  berperilaku baik ini juga merupakan perbuatan pahlawan, karena tidak menebar kebencian antar sesama. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang pahlawan. Dengan kita bekerja secara sungguh-sungguh, juga bisa menjadi pahlawan untuk keluarga.

Intinya, perbanyaklah berbuat baik antar sesama. Tak perlu saling caci maki meski hanya di media sosial. Tak perlu juga saling menghujat meski hanya di dunia maya. Mari saling ramah antar sesama, baik itu di dunia maya ataupun dunia nyata. Berbuat baik adalah konteks pahlawan zaman now. Berinovasi sehingga bisa memberikan manfaat bagi banyak orang adalah konteks pahlawan era milenial. Tak perlu terlalu tinggi mendefinisikan arti pahlawan. Bertutur dan berperilaku baik sudah cukup. Semoga jadi renungan bersama disaat masih maraknya hoaks, provokasi dan ujaran kebencian. Salam literasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline