Lihat ke Halaman Asli

Berhenti Sejenak di Balik Senja

Diperbarui: 3 September 2025   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:  Dokumen Pribadi

Kala langit memudar perlahan dari biru menjadi jingga, dan matahari mengangguk pelan pada cakrawala, hadirlah Lingsir sebagai jeda dari hiruk pikuk dunia. Ia datang tanpa suara, tanpa tergesa, seolah mengantar hari pulang dengan cara yang paling sederhana.

Lingsir berasal dari bahasa Jawa yang secara umum berarti "bergeser" atau "menepi". Dalam konteks waktu, istilah ini merujuk pada peralihan dari petang menuju malam. Istilah lingsir sering digunakan dalam budaya Jawa untuk menyebut waktu menjelang malam, sekitar pukul enam hingga delapan malam. Waktu ini dianggap sebagai fase yang sensitif, baik secara fisik maupun spiritual.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, lingsir memiliki makna yang erat dengan dunia tak kasatmata. Banyak kepercayaan lokal yang menyarankan agar orang tidak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah saat lingsir tiba. Selain karena alasan keamanan, waktu ini diyakini sebagai saat ketika batas antara dunia nyata dan alam gaib menjadi lebih tipis. Oleh karena itu, anak-anak biasanya diminta untuk masuk ke rumah dan tidak bermain di luar ketika hari mulai lingsir.

Di luar mitos dan kepercayaan, lingsir juga bisa dipandang dari sisi psikologis dan budaya. Waktu ini menandai fase transisi menuju istirahat setelah aktivitas seharian. Suasana mulai tenang, langit mulai gelap, dan tubuh manusia pun cenderung mengalami penurunan energi. Lingsir adalah sinyal alam yang halus bahwa sudah waktunya melambat, menyelesaikan hari, dan mempersiapkan diri untuk malam.

Bentuk Kemenangan Yang Tenang

Aku sering berhenti sejenak saat senja tiba. Bukan karena harus, tapi karena ingin. Ingin memberi ruang bagi diriku sendiri untuk diam, untuk tidak terburu-buru menutup hari. Di saat itulah aku bisa jujur dengan apa yang kurasa. Tak perlu banyak kata, cukup mengakui bahwa hari ini mungkin berat, tapi aku telah sungguh-sungguh menjalaninya.

Dulu aku takut pada hal-hal yang berakhir. Aku berpikir bahwa redup berarti gagal, bahwa tenggelam berarti kalah. Tapi Lingsir membuatku mengerti bahwa akhir bisa menjadi tempat rihat yang tenang. Ia tidak menyuruhku menyerah, hanya mengajakku menanti yang cerah. Tidak semua kehilangan menyakitkan, dan tidak semua kegagalan merugikan.

Ada banyak hal yang tidak bisa kuraih hari ini, dan mungkin besok pun belum tentu. Tapi melihat langit yang perlahan berubah warna, aku tahu bahwa segalanya berjalan sesuai waktu. Tak perlu memaksakan cahaya bertahan, karena gelap pun punya peran. Dalam diam, dalam pelan, Lingsir mengajarkanku bentuk kemenangan yang tenang.

Ada banyak hal yang tidak bisa kuraih hari ini, dan mungkin besok pun belum tentu. Tapi melihat langit yang perlahan berubah warna, aku tahu bahwa segalanya berjalan sesuai waktu. Tak perlu memaksakan cahaya bertahan, karena gelap pun punya peran. Dalam diam, dalam pelan, Lingsir mengajarkanku bentuk kemenangan yang tenang.

Malam akan datang, seperti biasa. Tapi jika senja bisa indah meski hanya sebentar, maka hidup pun bisa bermakna meski tidak selalu terang. Yang penting, aku pernah hadir, pernah mencoba, dan pernah mencintai hari ini sebaik yang aku bisa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline