Lihat ke Halaman Asli

Terenggutnya Keperawanan Gunung Sasak

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gunung sasak berada di Kabupaten Lombok Barat, dikelilingi oleh beberapa desa, disekitaran Keacamatan Gerung dan Kuripan, status gunung sasak adalah kawasan hutan lindung. Dulu Gunung sasak ibarat gadis perawan yang masih suci dan bersih, namun tidak dengan kondisi sekarang yang keperawanannya telah direnggut oleh masyarakat disekitar kawasan yang mengelolanya dengan cara yang salah. Dengan menggundulkan gunung secara keseluruhan sampai batas yang dilarangpun masayarakat menggundulkannya.

Gunung sasak yang dulu rindang dengan pepohonannya, mata air yang mengalir deras, kicauan burung dan binatang-binatang penghuninya kini sudah tiada lagi. Ketika musim kemarau datang air sulit didapat, sumur-sumur warga kering dan panas menyengat, karena tidakada lagi pohon sebagai penahan sinar matahari dan menyimpan mata air. Ketika musim hujan datang ketakutan melanda masyarakat disekitar kawasan karena takut terjadinya longsor yang bisa menimpa kapan saja.

Status gunung sasak sebagai hutan lindung seharusnya tidak boleh dikelola dengan sembarangan karena telah dilindungi namun kenyataannya pemerintah memberikan izin dengan alasan masyarakat sendiri yang memintanya dan untuk memperbaiki ekonomi masyarakat disekitar kawasan, namun alhasil hari ini tidak ada perubahan sedikitpun ekonomi masyarakat disekitar kawasan berubah, bahkan sekarang masyarakat disekitar yang mengelolanya merasa lahan milik pribadi yang bias dipindah tangankan dengan cara dijual kepihak yang mau mengelolanya.

Gunung sasak sebagai kawasan hutan lindung seharusnya dilindungi dan dikelola dengan benar oleh pemerintah dan masyarakat sesuai dengan peraturan bukan malah dikelola dengan sembarangan yang bisa menimbulkan dampak yang buruk. Respon dari pemerintah hanya menjual nama masyarakat disekitar, dengan menyalahkan masyarakat, masyarakat yang meminta dan untuk kepentingan masyarakat ini itu lah alasannya. Masyarakat awam hanya menerima izin dari yang atas seandainya tidak ada izin masyarakat tidak akan berani mengelolanya dengan sembarangan.

jika hutan itu sebagai salah satu ladang kebaikan, kenapa tidak kita mempertahankan kelestariannya, karena ketika kau merusak tanpa disadari kau sudah merusak kehidupan alam yang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline