Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Konflik Apapun Soal Papua, Perempuan dan Anak Paling Menderita

Diperbarui: 7 Maret 2022   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Anak-anak pengungsi Nduga di sekolah darurat di Wamena (bbc.com)

Mama Yosepha berkata tra terima orang Papua disamakan kera berjalan. "Dong pu bahasa kasar sekali," katanya.

Konflik Berkepanjangan Papua dan Pengalaman Perempuan 
Mama Yosepha Alomang adalah tokoh dari Suku Amungme yang mendorong gerakan perempuan dan lingkungan Papua. Ia pula yang berhasil membuat Freeport McMoran, yang telah menghancurkan alam masyarakat Amungme untuk membayar ganti rugi. Untuk jasanya, ia menerima penghargaan Yap Thiam Hien Award pada 1999.

Atas peristiwa aksi rasialis di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, Mama Yosepha meminta agar pelaku ditangkap karena tindakan rasisme itu memicu respons gila-gilaan di Papua dan Papua Barat. 

Saya merasakan keprihatinan Mama Yosepha karena dampak sikap rasialis yang mengganggu perdamaian ini membawa dampak bukan hanya di Papua dan Papua Barat tetapi berpotensi pada situasi keamanan nasional.

Tak kurang, Presiden Jokowi mengingatkan kita untuk bersikap tenang dan tidak anarkis atas peristiwa ini. Saya pikir, tugas Presiden Indonesia tidaklah mudah. Indonesia sangat (dan luar biasa) kompleks.

Secara pribadi, saya harus mengaku malu, sekaligus menangis. Walau saya telah berupaya untuk membantu melakukan beberapa pekerjaan dan bolak balik ke Papua dan Papua Barat sejak tahun 2005 sampai dengan 2016, saya belum bisa membuktikan bahwa saya telah berhasil membantu masyarakat Papua, khususnya kelompok perempuan. 

Padahal, pekerjaan saya itu difasilitasi oleh lembaga multilateral, seperti Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

Beberapa studi, desain program baru, evaluasi program yang telah berjalan, maupun fasilitasi dan advokasi lembaga lembaga di kalangan Pemda Papua dan Papua Barat untuk mendorong perwujudan keadilan adalah bagian dari pekerjaan yang telah saya coba jalankan. 

Saya selalu dengan air mata untuk kembali ke Papua. Kesedihan serupa. Isu yang sama. Keluhan yang lama. Tentu, dengan intensitas dan kompleksitas persoalan yang berbeda.

Papua dan Papua Barat memang berbeda. Untuk itu, seseorang harus paham konteks Papua sebelum memberikan pandangannya, apalagi memberikan usul dan solusi. Juga, semestinya dukungan lembaga semacam PBB perlu waktu dan sumber daya yang memadai.  Tidak bisa 'hit and run'.  Papua adalah wilayah yang kompleks. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline