Lihat ke Halaman Asli

Leumara Creative

Chef de Cuisine

Jangan Takut Bodoh, Tapi Takut Mati Rasa: Menemukan Makna di Era AI

Diperbarui: 10 Juni 2025   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan Takut Bodoh, Tapi Takut Mati Rasa: Menemukan Makna di Era AI (Foto by Canva AI)

Prolog -- Benarkah Teknologi Membuat Kita Bodoh?

Di zaman sekarang, sangat mudah untuk mendengar orang berkata, "Teknologi itu bikin bodoh." Banyak yang merasa bahwa smartphone, aplikasi canggih, atau bahkan AI adalah penyebab utama hilangnya kemampuan berpikir kritis. "Kalau semua dipermudah dengan teknologi, kita jadi malas berpikir," kata mereka.

Tapi apakah benar teknologi membuat kita bodoh? Atau, sebenarnya kita yang membiarkan diri kita jadi malas berpikir?

 Jangan-jangan kita terlalu nyaman dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi hingga kita kehilangan kemampuan untuk berpikir secara mendalam. Ketika kita terlalu bergantung pada teknologi untuk segala hal, kita mulai berhenti bertanya, berhenti menganalisis, dan akhirnya hanya menerima begitu saja.

Teknologi, pada dasarnya, tidak pernah memaksa kita untuk berhenti berpikir. Sebaliknya, ia memberi kita alat untuk memperluas wawasan dan mendorong kreativitas. Namun, jika kita hanya menggunakannya untuk menghindari pemikiran yang lebih dalam, maka itulah yang membuat kita "bodoh", bukan teknologi itu sendiri. Intinya, jangan takut teknologi, tapi takutlah pada sikap pasrah yang membuat kita tidak lagi berpikir kritis.

Tukang Kayu, Pahat, dan Gergaji Otomatis

Mari kita mengingat sejenak tentang seorang tukang kayu zaman dulu, yang bekerja dengan tangan, pahat, dan gergaji tradisional. Setiap gerakan tangannya mencerminkan keterampilan dan dedikasi tinggi dan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat sebuah furniture. Tetapi, dengan hadirnya alat modern seperti bor listrik dan gergaji mesin, apakah keterampilan itu hilang begitu saja?

Tentu tidak. Teknologi justru memperluas kemampuannya. Dengan alat-alat baru, tukang kayu bisa membuat lebih banyak karya, lebih rumit, dan lebih cepat. Teknologi bukanlah musuh dari keterampilan; sebaliknya, ia adalah alat yang memperkuat kemampuan kita untuk menciptakan lebih banyak hal.

Hal yang sama berlaku pada AI. Banyak yang khawatir AI akan menggantikan pekerjaan manusia atau bahkan membuat kita tidak perlu berpikir. Tetapi, pada kenyataannya, AI adalah alat---alat yang memberi kita kesempatan untuk berpikir lebih besar, lebih kreatif, dan lebih produktif. Jika dulu kita terbatas pada kemampuan kita sendiri, kini dengan AI, kita bisa memperluas horizon pemikiran dan menciptakan hal-hal yang sebelumnya tak terbayangkan.

Jadi, bukan AI yang akan membuat kita bodoh, tetapi cara kita memilih untuk menggunakannya. Jangan berhenti pada pemikiran bahwa AI bisa menggantikan manusia. Sebaliknya, lihatlah AI sebagai mitra untuk mengasah kreativitas kita lebih jauh lagi.

Nostalgia dan Mitos "Memori = Kecerdasan"

Banyak dari kita yang merindukan masa lalu ketika menghafal beberapa  nomor telepon atau membaca peta kertas dianggap sebagai simbol kecerdasan. Di masa itu, setiap orang harus mengingat detail yang rumit untuk bisa bertahan hidup sehari-hari. Namun, apakah ini benar-benar ukuran kecerdasan?

Yuval Noah Harari, seorang pemikir besar, menyatakan bahwa kesadaran kita bukan tentang mengingat, tetapi tentang memberi makna. 

Dulu, kita mungkin merasa bangga bisa menghafal angka atau informasi tanpa bantuan teknologi. Tapi kini, dengan kemajuan teknologi, kita bisa mengakses informasi dalam hitungan detik. Lalu, apakah itu berarti kita kehilangan kecerdasan kita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline