Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Ibu Masih Sekuat Dulu, Anakku...

Diperbarui: 12 Oktober 2018   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu masih sekuat dulu anakku. ( Foto: Leonardo TSS)

(Puisi narasi sang bunda)

Sepuluh tahun kamu di pulau seberang, kapan pernah pulang. Tidak apa anakku, ibu hanya bilang rindu sentuh tak rindu suara. Berbilang kali henpon kirimanmu hilang lekas kamu ganti. Kabar terakhir darimu bikin ibu senang bertepuk gempita meski cemas tak tertepis. Kapal tempatmu berbakti merapat di pantai Yunani. Alangkah jauhnya. Bukankah itu sudah di ujung dunia?

Biar kujawab satu-satu anakku:

- Kampung kita masih seperti kamu tinggalkan. Sepi menikam di malam larut. Tapi tak lagi menunggu rembulan seperti dulu anakku. Kawat listrik sudah melintang menyalakan bola lampu yang dulu masih impian kita. Jalan menuju gerbang kampung tak lagi jalan tikus. Kerbau sepasang sudah muat bergandeng di jalan berbatu. Kelak jalan kita akan dilumuri hitamnya aspal. 

-Rumah kita masih yang dulu anakku. Atapnya sudah bocor di belakang. Lantai dan tiang menuju lansia. Aku takut datang lagi gempa seperti dulu. Tapi ibu nyaman kamu janji satu waktu ananda kokohkan dengan gaji simpananmu.

- Apa ibu masih ke hutan cari kayu bakar,tanyamu seminggu lalu. Ya anakku, ibu masih kuat mendaki jalan setapak bersemak mengurusi kebun kopi peninggalan ayahmu. Jangan kuatir anakku. Tuhan masih membuat ibu kuat menjunjung kayu bakar. Ibu tak sudi elpiji yang selalu ada tiada. Ibu suka bara kayu memanaskan badan kala musim hujan seraya bakar ubi dan ikan asin kesukaan ibu.

-Oh ya kukabari juga nanti saat kamu telepon lagi dari seberang dunia. Maria gadis teman sekolahmu dulu baru lulus sekolah menengah kabarnya mau kuliah di kota. Kalau namanya masih tersimpan di kantong hatimu, jangan cemas takkan kemana kalau berjodoh. Mungkin dia sedang menunggumu di satu tempat bermimpi.

* **

Ibu masih sekuat kamu tinggal anakku. Jangan cemaskan ibu. Jangan pula cemaskan rumah kita ambruk, karena ada tangan tak kelihatan menopang orang tulus berserah. Dan pinta ibu jangan ananda tersandung kasih perempuan lain selagi Maria masih hadir dalam kenanganmu. Manakala malam tiba ambil gitar seperti waktu di kampung dulu,nyanyikan cintamu tengah malam hingga Maria membuka jendela kamarnya mengintipmu malu-malu.

***

Ibu masih sekuat dulu anakku. Dan lebih kuat lagi bila ibu mendengar kamu senantiasa sebaik yang ibu kenal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline