Lihat ke Halaman Asli

Petang Merindu, Malam Mengigau

Diperbarui: 20 November 2017   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemilau sore tadi mengusik hayal seakan bertemu
berkas senyumanmu surut di pantai berbatu
membekas buih lalu kering dan sering mengganggu

Senja yang ranum itu tergelincir di buah bibirmu
bayangmu terhempas ombak diseret arus ke tengah rindu
rasa turut karam kala bulan dipelukanmu dan malam menggoda tidurku

Rindu dari batas senja tadi diantara perdu dan kelu
bantal peluk di sela kedua lutut jadi linu dan ngilu
kudekap nafas resah imajiku yang semakin gigau dan liru 

Rindu amper sore yang bikin badan malele dan karere
walau semua jalan pertemuan kian tapele
dengan gelombang cinta yang su hener ancorlele

Tak ada tepian laut yang bisa pele
hanya mimpi yang bikin mata putih tabulabale
bore semua rindu dengan matakael rangke

Sembari meniti asmara lewat huhate
dari arumbae game kekasih for mau kele
mau baku sayang lalu mau bawabale

tunggu Beta e
tunggu Beta, rindu mau polo Nona e...
____________________
TT TUKEL STORI PARLENTE
"Petang Merindu, Malam Mengigau"
Ambon, 18 Agustus @kutikat2011
'1 Modified at Senin, 20112017 - Sorong
*ajilatuconsina




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline