Lihat ke Halaman Asli

Menemukan Hati yang Tentram melalui Cahaya Iman

Diperbarui: 15 September 2025   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Qs. Al Baqarah ayat 152

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan hiruk pikuk, banyak orang mencari ketenangan hati namun sering salah arah. Sebagian mengandalkan materi, popularitas, atau hiburan untuk mendapatkan kebahagiaan, tetapi hasilnya hanya sementara. Islam mengajarkan bahwa ketentraman hati sejati hanya dapat diperoleh melalui iman yang kuat dan hubungan yang dekat dengan Allah SWT.

Iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga manifestasi dalam ucapan dan perbuatan. Ketika seseorang beriman dengan sungguh-sungguh, ia akan merasakan cahaya yang menuntun setiap langkah kehidupannya. Cahaya iman inilah yang menenangkan hati, bahkan di tengah kesulitan dan ujian yang datang silih berganti.

Al-Qur'an menegaskan bahwa ketentraman hati berasal dari dzikir kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." Ayat ini menjadi dalil kuat bahwa hati yang resah hanya akan menemukan ketenangan melalui iman dan dzikir.

Ketentraman hati melalui iman tidak berarti hidup tanpa ujian. Justru sebaliknya, orang beriman seringkali diuji untuk memperkokoh keyakinannya. Namun, bedanya terletak pada sikap batin. Orang yang beriman melihat ujian sebagai bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah, sehingga hatinya tetap tenang dalam menghadapi berbagai cobaan.

Selain dzikir, ibadah sehari-hari seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, dan doa adalah sarana utama untuk menguatkan iman. Melalui ibadah, hati seorang Muslim semakin dekat kepada Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Muslim: "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." Hal ini menunjukkan bahwa dzikir dan iman membuat hati hidup dan tentram.

Hati yang tentram karena iman juga berdampak pada kehidupan sosial. Orang yang tenang jiwanya akan lebih mudah bersikap sabar, pemaaf, dan penuh kasih sayang kepada sesama. Ia tidak mudah terprovokasi oleh kemarahan atau iri hati, karena ia yakin bahwa semua rezeki, kedudukan, dan takdir berada dalam genggaman Allah SWT.

Sebaliknya, hati yang jauh dari iman cenderung diliputi kegelisahan. Seseorang bisa merasa kosong meskipun memiliki segalanya secara materi. Allah SWT menggambarkan hal ini dalam QS. Thaha ayat 124: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Ayat ini menegaskan bahwa ketentraman tidak akan ditemukan jika hati menjauh dari iman.

Dalam konteks kehidupan masyarakat, cahaya iman mampu melahirkan lingkungan yang damai. Masyarakat yang beriman akan menjunjung tinggi nilai kejujuran, tolong-menolong, dan persaudaraan. Nilai-nilai ini tidak hanya membuat hati individu tentram, tetapi juga menciptakan suasana sosial yang harmonis.

Untuk menemukan hati yang tentram melalui iman, seseorang harus terus memelihara keyakinannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperdalam ilmu agama, memperbanyak amal saleh, bergaul dengan orang-orang yang shalih, serta menjauhi hal-hal yang melemahkan iman. Konsistensi dalam menjaga iman akan memantapkan hati sehingga cahaya Allah senantiasa menerangi perjalanan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline